SUARAGONG.COM – Rencana akuisisi raksasa streaming Netflix Inc. terhadap Warner Bros Discovery Inc. senilai US$72 miliar (setara lebih dari Rp1.100 triliun) kini menemui jalan terjal. Pemerintah Amerika Serikat melalui regulator antitrust masih menimbang ketat dampak merger tersebut, sementara suara paling keras justru datang dari Presiden Donald Trump.
Trump Kritik Keras Rencana Akuisisi Netflix yang akan Caplok Warner Bros
Berbicara di Kennedy Center, Trump menegaskan bahwa kesepakatan ini “akan melalui proses panjang” karena berpotensi menciptakan dominasi pasar yang sangat besar. “Itu pangsa pasar yang besar. Itu bisa menjadi masalah,” ujarnya. Meski begitu, Trump tak lupa menyelipkan pujian kepada Netflix setelah pertemuannya dengan Co-CEO Netflix, Ted Sarandos.
Jika akuisisi ini disetujui, Netflix—yang saat ini memimpin pasar streaming global—akan bergabung dengan pemilik HBO Max, platform yang berada di posisi keempat dunia. Entitas baru ini diprediksi memiliki lebih dari 450 juta pengguna, sebuah angka yang langsung memicu kekhawatiran antimonopoli.
Departemen Kehakiman AS menargetkan review komprehensif. Mereka dapat menyimpulkan kesepakatan ini ilegal jika pangsa pasar gabungan melewati batas 30 persen.
Baca Juga : Netflix Umumkan Tanggal Rilis One Piece Live-Action Season 2
Argumen Pihak Netflix
Namun Netflix sudah menyiapkan sejumlah argumen, mulai dari redefinisi pasar. Yang mana mencakup YouTube dan TikTok. Hingga klaim bahwa 75 persen pengguna HBO Max juga sudah berlangganan Netflix. Sehingga keduanya dianggap saling melengkapi, bukan pesaing langsung.
Netflix juga mengklaim merger ini akan mengurangi biaya konten dan teknologi. Sehingga pada akhirnya menekan harga untuk konsumen.
Di Kongres, penolakan datang dari dua kubu politik. Darrell Issa (Republik) dan Elizabeth Warren (Demokrat) kompak mengkritik potensi lahirnya raksasa superstreaming. Yang hal ini bisa menekan pilihan konsumen nanti. Regulator Inggris dan Uni Eropa juga menyiapkan pengawasan ketat. Setelah anggota House of Lords, Baroness Luciana Berger, meminta penjelasan pemerintah soal dampak merger pada persaingan.
Meski tekanan meningkat, Netflix tetap optimistis bisa melewati hambatan regulasi—menyebut Disney+ dan Prime Video milik Amazon sebagai bukti bahwa persaingan streaming masih jauh dari kata selesai. (Aye/sg)