Banyak Siswa Keracunan, MBG Harus Dihentikan Sementara

8 bulan berjalan, salah satu program andalan yaitu Makan Bergizi Gratis (MBG) tercatat sudah menelan lebih dari 4.000 korban keracunan. (Aye)

Share

SUARAGONG.COM – Waduh, waduh, waduh… Program andalan Presiden Prabowo Subianto, Makan Bergizi Gratis (MBG), yang seharusnya jadi jawaban atas masalah gizi anak bangsa, malah bikin ribuan siswa lemes dan Loyo. Delapan bulan berjalan, program MBG tercatat sudah menelan lebih dari 4.000 korban keracunan.

4.000 Korban Keracunan Program MBG

Bukan tidak mau mendukung, tapi kalau sudah ada kejadian seperti ini, siapa yang akan bertanggungjawab? Jadi Gaes! Data itu disampaikan oleh Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) dalam diskusi publik bertajuk “Menakar RAPBN 2026” pada Kamis (4/9/2025). Kepala Pusat Ekonomi Digital dan UMKM INDEF, Izzudin Al Farras, mengungkap fakta pahit bahwa program triliunan rupiah ini belum berhasil menyehatkan anak-anak Indonesia, justru menambah panjang antrean di UGD.

“Dari total delapan bulan pelaksanaan MBG, per 28 Agustus program ini sudah diterima 23 juta penerima manfaat. Tapi, sudah lebih dari 4 ribu kasus keracunan yang terjadi. Kalau sudah ribuan korban begini, jangan dianggap angka statistik belaka,” ujar Izzudin.

Baca Juga : SPPG Mahardika Mulai Salurkan 1.970 Porsi MBG

Amburadul di Lapangan

Masalahnya bukan sekadar nasi bungkus basi, tapi juga soal tata kelola distribusi yang disebut amburadul. Standar gizi? Absen. Kebersihan? Dipertanyakan. Koordinasi antarinstansi? Jalan masing-masing.

Kondisi ini bikin publik curiga: apakah MBG ini program kesehatan atau justru semacam reality show “Survivor: Edisi Kantin Sekolah”. Yang kuat perutnya bisa lanjut belajar, yang lemah harus belajar sabar di ranjang rumah sakit.

Baca Juga :Pemkot Batu Siap Tindaklanjuti Program KDMP dan MBG

Evaluasi, Bukan Ekspansi

Alih-alih dievaluasi, pemerintah justru menyiapkan langkah ekspansi. Anggaran MBG dalam RAPBN 2026 rencananya naik dari Rp71 triliun menjadi Rp335 triliun. Izzudin mengingatkan, jangan sampai lonjakan anggaran sejalan dengan lonjakan angka korban.

“Jangan sampai kita ekspansi program MBG dari Rp71 triliun ke Rp335 triliun, tapi angka keracunan juga melonjak setinggi itu,” tegasnya.

Kritik yang Menggigit

Fakta ini bikin publik bertanya-tanya: program MBG ini sebenarnya ingin menambah gizi atau menambah masalah? Apalagi korban sudah ribuan, sementara evaluasi menyeluruh belum juga terdengar jelas.

Kalau pola ini terus dibiarkan, bisa jadi ke depan anak-anak sekolah bukannya membawa pulang ilmu dan tenaga, tapi oleh-oleh berupa surat rawat inap. (Aye)