SUARAGONG.COM – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan bahwa cuaca ekstrem tidak hanya terjadi di musim hujan, namun juga dapat muncul selama musim kemarau. Pernyataan ini muncul menyusul meningkatnya intensitas hujan lebat di beberapa wilayah Indonesia meski sebagian besar daerah telah memasuki musim kemarau.
BMKG Jelaskan Potensi Hujan Lebat Saat Kemarau
“Cuaca ekstrem tidak hanya terjadi di musim hujan, namun juga dapat muncul saat musim kemarau,” tulis BMKG melalui laman resminya, dikutip Rabu (6/8/2025).
Dalam tiga hari terakhir, BMKG mencatat curah hujan yang tinggi di sejumlah wilayah, seperti Maluku dengan intensitas mencapai 205,3 mm/hari, Jabodetabek 121,8 mm/hari, Kalimantan Barat 89,5 mm/hari, dan Jawa Tengah 83 mm/hari. Hujan deras ini disebut sebagai bentuk anomali iklim yang dipengaruhi oleh dinamika atmosfer dan beberapa faktor alam lainnya.
Baca Juga : BMKG: Cuaca Ekstrem Mengintai, Musim Kemarau Belum Dominan
Faktor Penyebab
Salah satu faktor utama penyebab cuaca ekstrem saat ini adalah keberadaan Bibit Siklon Tropis 90S di Samudra Hindia barat daya Bengkulu. Bibit siklon ini turut membentuk daerah perlambatan kecepatan angin (konvergensi) di sepanjang Pulau Jawa hingga pesisir barat Sumatera bagian selatan. Fenomena ini memperkuat pertumbuhan awan hujan yang memicu hujan deras dalam waktu singkat.
Selain itu, kombinasi gelombang atmosfer seperti low-frequency dan mixed rossby-gravity, yang diperparah oleh suhu muka laut (SST) yang hangat di beberapa perairan Indonesia, turut meningkatkan kandungan uap air di atmosfer. Dampaknya adalah pembentukan awan hujan lebih cepat dan lebih padat, sekalipun Indonesia sedang berada dalam musim kemarau.
Prakiraan Cuaca Periode 8-11 Agustus
BMKG juga menyampaikan prakiraan cuaca periode 8-11 Agustus 2025. Umumnya, cuaca diperkirakan cerah berawan hingga hujan ringan. Namun, potensi hujan sedang hingga lebat masih akan terjadi di sejumlah wilayah seperti Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Jawa Tengah, Kalimantan Timur, Gorontalo, Maluku, Papua, dan lainnya. Bahkan beberapa wilayah seperti Bangka Belitung, Sulawesi Selatan, dan Papua Pegunungan berada dalam status siaga.
Sebelumnya, BMKG telah memprediksi bahwa musim kemarau 2025 akan berlangsung lebih singkat dari biasanya. Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menyebut puncak musim kemarau akan terjadi pada periode Juni–Agustus. Meski demikian, sekitar 26 persen wilayah Indonesia, terutama Sumatera dan Kalimantan, justru diperkirakan mengalami kemarau yang lebih panjang.
BMKG menekankan agar masyarakat tetap waspada, mengingat musim kemarau tahun ini tidak menghilangkan risiko bencana. Seperti hidrometeorologi seperti hujan ekstrem, angin kencang, kekeringan, hingga kebakaran hutan. (Aye/sg)