SUARAGONG.COM – Program Bupati Ngantor di Desa dan Kelurahan atau Bunga Desaku kembali membuka ruang dialog langsung antara pemerintah dan masyarakat. Pada agenda hari pertama di Kecamatan Kencong, Jumat (21/11/2025), Bupati Jember Muhammad Fawaid mendengar beragam curhatan dari para ketua RT/RW, mulai dari persoalan sampah hingga ketersediaan serum anti bisa ular.
Bupati Fawaid Dapat Keluhan dari RT/RW Kencong, dari Sampah Sampai Serum Ular
Pertemuan yang digelar di Aula Dira Kencong itu dihadiri para ketua RT/RW, BPD, kepala desa, serta perangkat desa. Begitu sesi dialog dibuka, berbagai keluhan langsung mengalir.
Salah satu keluhan muncul dari Suradi Hasan, Ketua RW 009 Dusun Krajan II. Ia menuturkan bahwa sebagian besar warga tinggal di bantaran sungai, tetapi sayangnya kebiasaan membuang sampah sembarangan masih sangat tinggi.
“Mayoritas warga Kencong hidup di bantaran sungai, tapi justru sungai dijadikan tempat buang sampah. Ini darurat, Gus. Kalau tidak dicegah, laut kita nanti jadi gudang sampah,” ujarnya.
Menanggapi hal itu, Bupati Fawaid mengakui masih banyak warga yang belum memiliki kesadaran lingkungan. Namun ia juga meminta pemerintah desa ikut berperan aktif, bukan hanya mengandalkan kabupaten.
“Perlu edukasi bersama. Saya tunggu kepala desa punya program lingkungan, nanti OPD kami siap bersinergi,” tegasnya.
Baca Juga : Bupati Jember Apresiasi Investor Lokal: Kencong Melesat Jadi Poros Ekonomi
Andalkan Program Gus Darling
Bupati juga berharap Kencong bisa masuk dalam program Gus Darling (Gerakan Semua Sadar Lingkungan) yang mendorong warga kembali menanam pohon buah seperti dulu.
Kelangkaan Serum Anti Bisa Ular di Puskesmas
Selain persoalan sampah, keluhan lain datang dari Ketua RT 004 Dusun Krajan. Ia menyampaikan bahwa serum anti bisa ular sangat sulit ditemukan di puskesmas maupun rumah sakit.
“Temen saya dipatok ular, tapi saat dibawa ke puskesmas tidak ada obatnya,” keluhnya.
Bupati Fawaid langsung merespons dan memastikan langkah cepat akan diambil. “Dalam satu bulan, Dinas Kesehatan akan kami minta untuk mengupayakan ketersediaan serum anti bisa ular,” ujarnya.
Bupati juga meminta warga untuk mengingatkan melalui layanan Wadul Gus’e apabila dalam waktu tersebut serum masih belum tersedia.
Program Bunga Desaku kembali menjadi ruang curhat warga yang direspons langsung oleh bupati. Selain sebagai forum penyampaian masalah, kegiatan ini juga menjadi ajang memastikan berbagai layanan dasar di desa dapat ditangani lebih cepat dan terukur. (Aye/sg)