Demam Matcha Global Sebabkan Kelangkaan di Jepang

Demam Matcha Global Sebabkan Kelangkaan di Jepang (sc : Ai Generate)

Share

SUARAGONG.COM – Ledakan popularitas matcha di media sosial dan lonjakan pariwisata ke Jepang telah memicu krisis pasokan matcha di negeri asalnya. Sejumlah produsen teh ternama di Jepang kini mulai membatasi penjualan bubuk teh hijau itu. Hal ini gara-gara lonjakan permintaan membuat rak-rak toko kosong dan menekan pasokan lokal maupun ekspor.

Matcha di Jepang Langkah: Tingginya Permintaan Global

Sejak tahun lalu, sejumlah pembuat teh ternama seperti Marukyu Koyamaen dan Ippodo Tea di Kyoto terpaksa menerapkan pembatasan pembelian. Bahkan menaikkan harga matcha-nya karena lonjakan permintaan dan biaya produksi yang meroket. Video-video viral di TikTok yang menampilkan minuman dan makanan berbasis matcha turut memicu tren global ini. Termasuk salah satunya dari kreator konten populer seperti Jasmine dan Freya Smith yang berbasis di Tokyo.

Menurut data Kementerian Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Jepang, nilai ekspor teh hijau—termasuk matcha—mencapai rekor ¥36,4 miliar (sekitar Rp38 triliun) pada 2024. Dan akhirnya naik sekitar 25 persen dibanding tahun sebelumnya. Kenaikan ini juga didorong oleh melonjaknya jumlah wisatawan asing ke Jepang, di mana mencapai 37 juta kunjungan pada 2024—naik 47 persen dari tahun sebelumnya.

Namun, tren ini mulai menimbulkan tekanan serius terhadap rantai pasok matcha. Matcha berasal dari daun teh jenis tencha yang dibudidayakan secara khusus dan hanya dipanen setahun sekali. Meski produksi tencha meningkat, industri teh Jepang menghadapi tantangan struktural berupa populasi petani yang menua dan minimnya generasi penerus. Pemerintah Jepang kini mempertimbangkan kebijakan untuk mendorong lebih banyak petani beralih ke produksi tencha guna memenuhi permintaan dunia.

Baca Juga : Mengapa Peminum Teh Bisa Berumur Panjang

Membatasi Penjualan Untuk Jaga Pasokan

Sebagian pelaku bisnis matcha masih mampu memenuhi pasokan berkat kontrak jangka panjang dengan produsen lokal. Marukyu Koyamaen, misalnya, membatasi penjualan untuk menjaga pasokan bagi pelanggan lama seperti kuil dan tempat ibadah yang menggunakan matcha untuk keperluan upacara. Namun, bisnis matcha yang lebih baru kini kesulitan menemukan produsen yang memiliki stok cukup.

“Sekarang sedang terjadi perebutan pasokan daun matcha di seluruh negeri,” ujar Chitose Nagao, pemilik kafe Atelier Matcha di kawasan elit Ginza, Tokyo. Ia bahkan harus membatasi jumlah produk yang dijual karena langkanya pasokan.

Baca Juga : 5 Teh Alami ini Dipercaya Bisa Hilangkan Lemak Perut Membandel

Kelangkaan Matcha di Berbagai Negara

Tak hanya di Jepang, kelangkaan matcha mulai terasa di berbagai negara. Yukino Matsumoto, pemilik toko teh Simply Native di Sydney, Australia, menyatakan penjualan matcha di tokonya meningkat hampir lima kali lipat tahun lalu, memaksanya menetapkan batas pembelian.

Sementara itu, tren ini juga memicu gelombang baru pelaku usaha matcha dari kalangan influencer. YouTuber Emma Chamberlain dan Ashley Alexander turut meluncurkan lini produk matcha mereka sendiri, memperluas pengaruh tren ini ke pasar global.

Nagao dari Atelier Matcha mengatakan banyak turis asing datang ke tokonya untuk menikmati matcha latte. Ia bahkan menambahkan oat milk sebagai opsi susu nabati yang jarang ditemukan di kafe Jepang. Menurutnya, tren matcha belum menunjukkan tanda-tanda akan mereda.

“Saya rasa, permintaan terhadap matcha belum mencapai puncaknya,” ujarnya. (aye)