Dunia Pendakian Berduka, Mbok Yem Sang Penjaga Puncak Lawu Tutup Usia

Kabar duka dunia pendakian Indonesia., Mbok Yem, sosok legendaris pemilik warung di puncak Gunung Lawu, meninggal dunia (Lpt6/Instagram)

Share

SUARAGONG.COM – Kabar duka menyelimuti dunia pendakian Indonesia. Mbok Yem, sosok legendaris pemilik warung tertinggi di Indonesia yang berada di puncak Gunung Lawu, meninggal dunia pada Rabu sore, 23 April 2025. Perempuan yang punya nama lengkap Wakiyem itu tutup usia di umur 82 tahun karena sakit pneumonia—infeksi paru-paru yang disebabkan oleh bakteri atau jamur.

Mbok Yem Pemilik Warung dan Sang Penjaga Puncak Lawu Tutup Usia 

Kabar wafatnya Mbok Yem pertama kali disampaikan oleh Esa, pemandu lokal sekaligus porter yang sudah lama mengenalnya. Lewat siaran langsung di TikTok @akuesa, Esa menceritakan detik-detik kepergian sosok yang begitu dihormati oleh para pendaki Lawu itu. Mbok Yem dikabarkan meninggal sekitar pukul 16.00 WIB dan dimakamkan malam harinya di TPU Dusun Dagung, Desa Gonggang, Kecamatan Poncol, Magetan.

“Dunia pendakian sedang berduka,” tulis Esa dalam unggahannya, sembari membagikan momen haru saat ia menyalami Mbok Yem untuk terakhir kalinya. Dalam video tersebut, Mbok Yem tampak duduk di tandu dengan jaket tebal warna abu-abu, bersiap turun gunung demi menjalani perawatan.

Baca JugaRibuan Pendaki di Gunung Lawu, Apakah Perlu Dibatasi?

Warung Mbok Yem 

Sosok Mbok Yem bukan hanya dikenal karena warungnya yang berada di ketinggian 3.265 mdpl, tapi juga karena keramahan dan keteguhannya. Ia setia menjaga warung Argo Dalem selama puluhan tahun, bahkan tetap bertahan saat karhutla melanda Lawu pada 2023.

Salah satu cerita yang membekas adalah tentang Temon, kera peliharaan Mbok Yem yang selalu setia menemaninya di warung. Temon, yang sudah tinggal bersama Mbok Yem selama tujuh tahun, sering tampak murung setiap kali pemiliknya turun gunung. Kini, publik pun bertanya-tanya, bagaimana nasib Temon setelah Mbok Yem tiada.

Kondisi kesehatan Mbok Yem diketahui mulai memburuk sejak awal Maret 2025. Ia sempat ditandu turun dari puncak pada 4 Maret dan dirawat di RS Aisyah Ponorogo. “Saya tahu Mbok Yem sakit sejak bulan lalu. Rencananya saya baru mau jenguk, tapi takdir berkata lain,” ujar Esa dalam wawancara (Lpt6).

Warung Tetap Buka

Meski kepergiannya meninggalkan duka, warung Mbok Yem tetap buka. Sejumlah relawan dari Kediri dan Madiun—yang selama ini membantunya berjualan—melanjutkan operasional warung tersebut. Semangat Mbok Yem seakan tetap hidup di tiap gelas teh hangat yang disuguhkan dan keramahan khas Gunung Lawu yang terus terjaga.

“Mbok Yem bukan cuma pemilik warung, tapi penjaga semangat dan kehangatan di puncak Lawu,” ujar Esa menutup ceritanya.

Selamat jalan, Mbok Yem. Jasamu di puncak Lawu akan selalu dikenang para pendaki dari segala penjuru. (aye)

Baca Juga Artikel Berita Lain dari Suaragong di Google News