SUARAGONG.COM – Sejumlah perusahaan multinasional asal Amerika Serikat, termasuk ExxonMobil, Chevron, dan BP, menunjukkan minat kuat untuk menanam Investasi di sektor energi terbarukan Indonesia. Investasi ini mencakup pengembangan teknologi ramah lingkungan serta pengurangan emisi karbon, sejalan dengan komitmen global terhadap net zero emission.
Investasi Energi Terbarukan di Indonesia
Minat ini menjadi salah satu agenda utama dalam lawatan Presiden RI Prabowo Subianto ke Amerika Serikat pada 10–13 November 2024. Presiden Prabowo, yang sebelumnya mengunjungi Tiongkok, memperkuat upaya diplomasi ekonomi dengan bertemu para pimpinan perusahaan besar AS di Washington, DC. Dalam pertemuan dengan organisasi The United States Indonesia Society (USINDO), Presiden menyampaikan pentingnya kerja sama yang lebih erat, terutama di sektor energi, teknologi, dan pendidikan.
Komitmen AS dalam Investasi Energi Terbarukan Indonesia
Amerika Serikat, sebagai investor kelima terbesar di Indonesia hingga triwulan III-2024 dengan nilai investasi USD840 juta, terus memperluas kontribusinya. Dalam pertemuan santai yang melibatkan 25 pihak dari kedua negara. Telah hadir perwakilan perusahaan seperti Freeport McMoran, S&P Global, Boeing, BP America, ExxonMobil, Citi, dan Caterpillar.
Menteri Investasi dan Hilirisasi, Rosan Roeslani, mengungkapkan bahwa perusahaan-perusahaan AS tidak hanya melihat peluang di sektor minyak dan gas tradisional. Tetapi juga di bidang inovatif seperti teknologi carbon capture and storage (CCS). Serta energi terbarukan, termasuk geothermal. Teknologi CCS, yang membantu menyerap dan menyimpan emisi karbon. Hal ini dinilai sebagai solusi penting dalam mendukung target net zero emission Indonesia pada 2060.
Potensi Besar Energi Panas Bumi Indonesia
Salah satu sektor yang mendapat perhatian khusus adalah energi panas bumi (geothermal). Dengan potensi hingga 23,5 gigawatt, Indonesia hanya memanfaatkan sekitar 2,59 gigawatt atau 10 persen dari total potensi tersebut. Presiden Prabowo Subianto menekankan pentingnya optimalisasi sumber daya ini sebagai langkah strategis dalam diversifikasi energi nasional.
Menteri Rosan menyebutkan bahwa sedikitnya ada 12 proyek geothermal yang ditawarkan pemerintah, termasuk tiga proyek cogeneration geothermal. Total investasi yang dibutuhkan mencapai USD2,16 miliar atau sekitar Rp33,7 triliun. Chevron, sebagai salah satu perusahaan yang telah lama berinvestasi di sektor geothermal Indonesia, berkomitmen untuk mempercepat pengembangan proyek-proyek tersebut.
Langkah Strategis Menuju Net Zero Emission
Investasi yang berfokus pada energi terbarukan dan pengurangan emisi karbon ini menjadi langkah strategis Indonesia. Terutama dalam mencapai target netral karbon pada 2060. Selain meningkatkan kapasitas energi bersih. Investasi ini juga diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, membuka lapangan kerja, dan memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain utama di sektor energi global.
Melalui diplomasi ekonomi yang kuat, pemerintahan Prabowo Subianto tidak hanya mempererat hubungan bilateral dengan Amerika Serikat, tetapi juga membuka peluang besar bagi Indonesia untuk memimpin transisi energi bersih di kawasan Asia Tenggara. (Aye/sg).
Baca Juga : Gaes !!! Indonesia Pacu Transformasi Hijau: Target 100 Gigawatt Energi Baru