Malang, suaragong – Pelaksanaan pesta demokrasi yang akan digelar pada 14 Februari sudah didepan mata. Komisi Pemilihan Umum (KPU) sampai Panitia Pemungutan Suara (PPS) dan Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS), dalam 10-15 hari terakhir menjadi hari super sibuk.
Mereka harus memastikan logistik Pemilu, mulai surat suara, tinta, alat pencoblos, bantalan, termasuk lembaran kertas untuk merekap hasil pemunggutan suara dalam kondisi siap. Karena pada H-1 seluruh logistik Pemilu dan Pilpres 2024 sudah di Tempat Pemungutan Suara (TPS).
Semenjak Pemilu pertama digelar pada 15 Sepetember 1955 hingga Pemilu tahun 2024. Pada Pemilu tahun ini jumlah pemilih generasi muda yang tercatat dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) termasuk yang terbanyak.
Jumlah pemilih yang berusia muda atau yang biasa disebut generasi milenial lebih mendominasi. Data Komisi Pemilihan Umum (KPU) menyebutkan bahwa jumlah pemilih yang berusia hingga 40 tahun hampir 52 persen dari total pemilih nasional.
Jumlanya, sebesar 31,23 persen atau sebanyak 63.953.031 orang merupakan pemilih berusia 17 hingga 30 tahun. Sementara sebesar 20,70 persen, atau sebanyak 42.398.719 orang merupakan pemilih dengan usia 31 sampai 40 tahun.
Sedangkan pemilih dengan usia 40 tahun ke atas berjumlah 98.448.775 orang atau 48,07 persen. Sementara untuk pemilih berusia di bawah 17 tahun karena sudah menikah 0,003 persen atau 6.697 pemilih.
Totalnya, KPU telah menetapkan daftar pemilih tetap (DPT) Pemilu 2024 sebanyak 204.807.222 pemilih. “Dari jumlah itu, meskipun selisihnya hanya sekitar empat persen, jumlah pemilih lebih banyak yang berusia di bawah 40 tahun. Saya tidak menyebut milenial, karena usianya ada yang di atas 30 tahun,” ungkap Ahmad Irawan, Caleg DPR RI nomor urut 1, Dapil V Jatim (Kota Malang, Kota Batu, dan Kabupaten Malang).
Dilihat dari data diatas, generasi muda memegang peran penting dalam penentu arah bangsa. “Jadi menurut kami, setiap caleg harus melakukan pendekatan secara intensif. Supaya mereka mau datang dan menyalurkan hak suaranya di TPS. Sayang kalau mereka Golput. Suara anak muda menentukan pembangunan lima tahun kedepan,” ungkap Ahmad Irawan.
Politkus muda Partai Golkar yang berprofesi sebagai pengacara dan kurator menyebutkan, edukasi/pendidikan politik penting untuk disampaikan pada masyarakat. Terutama pada generasi muda.
Irawan yakin, pendidikan politik yang diterima mereka sebagian besar datang dari media sosial (Medsos). Lantaran para caleg kurang akrab bahkan tak pernah menyampaikan maksud dan tujuan serta visi-misi partai dalam mengawal jalannya pemerintahan.
Ahmad Irawan berpandangan, selain pendidikan politik yang perlu disampaikan pada generasi muda adalah menjauhi praktik money politik. Lantaran setiap digelar Pemilu, praktik money politik seakan menjadi bumbu penyedap hajatan nasional itu. Padahal money politik bisa merusak mental masyarakat termasuk caleg pemberi uangnya.
Yang dikhawatirkan, dengan money politik bisa mempengaruhi keputusan digedung dewan. Jadi sebaiknya jangan cemari pemikiran masyarakat. Terutama generasi mudanya dengan praktik money politik. Karena hal itu bisa merusak mental masyarakat dan caleg.
“Pemilu yang bakal digelar serentak pada tahun 2024 ini merupakan momentum dalam perjalanan demokrasi di Indonesia. Terutama dalam memberikan edukasi politik kepada para pemilihnya,” ungkap Ahmad Irawan.
“Soal politik uang ini kan seakan-akan sudah menjadi isu wajib yang selalu muncul saat gelaran Pemilu. Itu kan seakan-akan menunjukan bagaimana wajah politik di Indonesia. Seharusnya kan tidak seperti itu,” terang Irawan.
Untuk itulah dirinya berharap bahwa Pemilu 2024 ini setidaknya menjadi moment yang pas untuk memberikan edukasi politik yang lebih baik. Tentu dalam pelaksanaannya, bukan hanya dititikberatkan pada pemilihnya saja, namun juga pada para peserta pemilu. Baik caleg maupun partai politik (parpol) yang bersangkutan.
“Pemilih muda kita banyak loh, mari kita berpikir jernih dalam melaksanakan untuk mensukseskan pemilu. Para peserta pemilunya juga harus peduli, karena itu (bukan politik uang) yang seharusnya diajarkan dan ditularkan kepada generasi penerus,” tandas Irawan. (Adv/red/man)