Suaragong.com – Sejumlah faktor kompleks saling terkait telah menciptakan ketidakpastian dalam lanskap ekonomi global.
Perang dagang antara negara-negara besar telah meningkatkan ketegangan geopolitik dan mengganggu perdagangan internasional.
Kenaikan harga energi dan bahan pangan akibat konflik di beberapa wilayah telah mendorong inflasi global dan meningkatkan biaya produksi bagi perusahaan
Baca Juga : Gaes !!! Mitreka Satata: Kebijakan Ekonomi Majapahit
Tanggapan Menteri Keuangan
Sri Mulyani mengingatkan kita bahwa situasi politik global saat ini sangat tidak stabil. Beliau melihat adanya perpecahan yang semakin dalam antara Amerika Serikat dan sekutunya dengan China dan Rusia. Konflik di Ukraina adalah contoh nyata dari ketegangan ini yang telah meletus menjadi perang.
Ia Mengatakan Situasi dunia saat ini masih sangat tidak menentu. Kita melihat adanya perpecahan yang semakin dalam antara negara-negara besar, seperti antara Amerika Serikat dan sekutunya dengan China dan Rusia. Konflik di Ukraina dan Timur Tengah adalah contoh nyata dari ketegangan ini yang telah meletus menjadi perang.
Faktor Lain Ekonomi Global Tidak Stabil
Selain konflik militer, dunia juga menghadapi ketegangan akibat perang dagang antara negara-negara. Banyak negara yang menggunakan tarif sebagai alat untuk membatasi perdagangan dari negara lain.
Ketergantungan yang tinggi pada rantai pasok global membuat kita rentan terhadap gangguan. Krisis pangan dan energi yang terjadi telah memperburuk situasi, memicu inflasi yang tinggi dan berdampak pada perekonomian secara keseluruhan.
Sri Mulyani mengatakan menggunakan tarif dan berbagai langkah non-tarif untuk membatasi perdagangan antar negara dapat menciptakan kerentanan dalam rantai pasokan global. Di sisi lain, kerentanan ini dapat memicu krisis pangan dan energi, yang berujung pada lonjakan inflasi di negara-negara maju.
Salah satu dampaknya adalah kenaikan suku bunga acuan di seluruh dunia sejak tahun 2022. Meski begitu, ada harapan bahwa suku bunga ini akan turun di masa mendatang
Kombinasi ketegangan global, gangguan pasokan dari China, inflasi tinggi, dan suku bunga yang tinggi telah mengurangi daya beli dan minat investasi. Pertumbuhan ekonomi dunia melemah menjadi hanya 3,1%. Sementara dalam dekade sebelumnya pertumbuhan ekonomi mencapai lebih dari 4%, kini hanya 3,1%,” tutupnya.
Baca Juga : Gaes !!! Blue Economic: Potensi Ekonomi Kelautan Nusantara
Jangan Lupa ikuti terus Informasi, Berita artikel paling Update dan Trending Di Media Suaragong !!!. Jangan lupa untuk ikuti Akun Sosial Media Suaragong agar tidak ketinggalan di : Instagram, Facebook, dan X (Twitter). (Fz/Sg).