Suaragong – Tenun Sumba, sebuah karya tekstil yang mempesona, adalah cerminan mendalam dari kehidupan masyarakat adat Sumba. Dengan keunikan motif yang mencerminkan nilai-nilai kultural dan sejarah, kain tenun ini menjadi simbol dari kekayaan warisan budaya pulau Sumba di Nusa Tenggara Timur.
Setiap helai kain tidak hanya menampilkan keindahan visual. Tetapi juga mengisahkan cerita yang mendalam mengenai kepercayaan dan tradisi masyarakatnya. Dalam filosofi lokal, “Ana Wuyarara, Ana Kara Wulang” menggambarkan hubungan harmonis antara elemen-elemen simbolis. Yang sering tercermin dalam motif-motif tenun.
Pulau Sumba dikenal tidak hanya karena pemandangan alamnya yang memukau.Tetapi juga karena warisan budaya yang beragam. Salah satunya adalah kain tenun yang memiliki nilai seni tinggi. Kain tenun ini lahir dari kekayaan alam setempat. Yang memanfaatkan bahan-bahan alami untuk pewarnaan yang menambah keindahan dan ketahanan kain.
Teknik pewarnaan yang menggunakan akar mengkudu, serat kayu, dan lumpur adalah contoh bagaimana masyarakat lokal memanfaatkan sumber daya alam untuk menciptakan produk yang penuh makna.
Proses pembuatan kain tenun Sumba adalah pekerjaan yang memerlukan keterampilan dan kesabaran tinggi. Dimulai dengan perancangan motif, pemintalan benang, pewarnaan, penenunan. Hingga pengeringan, setiap langkah dilakukan dengan penuh perhatian.
Raline Syah Selami Gairah Budaya Tenun Sumba (Media Suaragong)
Baca juga: Yuk Intip Potret Cantik Raline Shah, Kaum Adam Apa Ngak Ngilerr?
Tenun Sumba Butuh Waktu yang Panjang
Proses ini bisa memakan waktu bulanan hingga tahunan, tergantung pada jenis pewarnaan yang digunakan. Kain tenun ikat yang menggunakan pewarna alami misalnya, bisa memerlukan waktu hingga satu tahun untuk menyelesaikannya.
Raline Shah pun ikut merasakan keanggunan motif tenun khas dengan warna cokelat dan hitam. Belum lama ini tengah menikmati momen liburannya di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur. Sebagai informasi, ini bukan kali pertama perempuan kelahiran 4 Maret 1985 itu berlibur ke pulau tersebut.
Aktris keturunan Tionghoa, Pakistan dan Melayu tampak chic saat memadupadankan outfitt pop dengan Tenun Sumba. Lebih lanjut, Raline Shah juga memasangkan kain tenun Sumba warna cokelat dan chocolate and black polarized sunglasses.
Pewarnaan kain tenun Sumba memanfaatkan bahan-bahan alami yang memberikan warna-warna khas dan awet. Akar mengkudu menghasilkan warna merah, nila untuk biru, kayu kuning untuk kuning, dan lumpur untuk cokelat.
Namun, seiring waktu, penggunaan pewarna kimia menjadi lebih umum untuk mempercepat proses pembuatan, meskipun ini menjadi tantangan bagi pengrajin yang berusaha mempertahankan metode tradisional.
Motif pada kain tenun Sumba sering kali mencerminkan simbolisme penting, seperti buaya dan penyu yang melambangkan status sosial dan nilai-nilai adat. Buaya biasanya menjadi simbol seorang raja, sedangkan penyu mewakili istri raja. Pada masa lalu, penggunaan motif ini sangat terikat dengan status sosial dan aturan adat, di mana setiap motif memiliki makna tersendiri yang harus dihormati.
Saat ini, meskipun ada banyak motif baru yang muncul, kelompok pemuda adat masih berupaya untuk melestarikan motif-motif tradisional. Mereka berfokus pada penenunan kain dengan motif yang diwariskan oleh leluhur, menjaga nilai historis dan budaya yang terkandung di dalamnya.
Usaha ini tidak hanya untuk melestarikan tradisi tetapi juga untuk menarik minat wisatawan yang semakin tertarik dengan keunikan dan keaslian kain tenun Sumba. (Ind)
1 Comment
[…] Baca juga: Raline Syah Selami Gairah Budaya Tenun Sumba […]