Gaes !!! Waspada DBD di Musim Hujan, Kemenkes Siapkan 6 Strategi Nasional

FT : Memasuki musim hujan pada bulan November 2024, Indonesia mulai menghadapi peningkatan signifikan dalam kasus Demam Berdarah Dengue (DBD).sc : Kemenkes

Share

SUARAGONG.COM – Memasuki musim hujan pada bulan November 2024. Indonesia mulai menghadapi peningkatan signifikan dalam kasus Demam Berdarah Dengue (DBD). Sebuah penyakit yang kerapkali datang dan meningkat di musim Hujan. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dalam laporannya mencatat hampir setiap hari terjadi bencana banjir yang melanda berbagai wilayah. Sesuai dengan prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) terkait puncak musim hujan yang diperkirakan berlangsung dari November hingga Desember 2024. BMKG juga mengingatkan bahwa fenomena La Nina dapat menyebabkan curah hujan lebih tinggi. Hal ini turut memengaruhi penyebaran penyakit, salah satunya yang familiar adalah DBD.

Waspada Peningkatan Kasus DBD Saat Musim Hujan

Seiring dengan datangnya musim hujan, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan peningkatan kasus DBD yang sangat signifikan pada tahun 2024. Hingga minggu ke-43, tercatat 210.644 kasus DBD dengan 1.239 kematian yang tersebar di 259 kabupaten/kota di 32 provinsi. Ini menjadi tantangan serius mengingat DBD kini tidak hanya menyerang daerah-daerah endemik, tetapi juga telah meluas ke wilayah yang sebelumnya tidak terjangkit. Perubahan iklim yang menyebabkan pola curah hujan yang tak terduga dan pemendekan siklus DBD turut memperburuk situasi ini. Bahkan, menurut Pelaksana Tugas (Plt.) Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes, dr. Yudhi Pramono, Indonesia menjadi penyumbang terbesar untuk kasus DBD di kawasan ASEAN.

6 Strategi Nasional Untuk menekan Angka Kasus DBD

Untuk menanggulangi masalah ini, Kemenkes telah menyiapkan enam strategi nasional jangka pendek 2021–2025. Strategi ini bertujuan untuk menekan angka kasus DBD serta mencegah kejadian luar biasa (KLB). Berikut adalah enam strategi utama yang telah dipersiapkan:

  1. Penguatan Manajemen Vektor: Fokus utama pada pengelolaan vektor nyamuk Aedes aegypti. Dengan efektif, aman, dan berkelanjutan untuk mengurangi penyebaran penyakit.
  2. Peningkatan Akses dan Mutu Tatalaksana Dengue: Upaya meningkatkan kualitas dan akses pelayanan medis yang cepat dan tepat untuk pasien DBD. Sehingga dapat menurunkan angka kematian akibat penyakit ini.
  3. Penguatan Surveilans DBD: Meningkatkan sistem pemantauan kasus DBD secara lebih menyeluruh dan komprehensif untuk mendeteksi dan merespons wabah dengan lebih cepat.
  4. Manajemen KLB yang Responsif: Menyusun mekanisme yang cepat dan tepat untuk menangani kejadian luar biasa (KLB) DBD, dengan melibatkan berbagai instansi terkait dalam penanggulangan.
  5. Pelibatan Masyarakat yang Berkelanjutan: Melibatkan masyarakat secara aktif dalam pencegahan DBD dengan mengedukasi mereka tentang cara-cara efektif memberantas sarang nyamuk dan memperbaiki sanitasi lingkungan.
  6. Pengembangan Riset dan Inovasi: Mendorong penelitian dan pengembangan inovasi berbasis bukti untuk menciptakan kebijakan dan strategi yang lebih efektif dalam pengendalian DBD.

Langkah Pencegahan DBD di Musim Hujan

Selain strategi tersebut, Kemenkes juga menekankan pentingnya langkah-langkah pencegahan. Langkah ini bisa diterapkan sendiri oleh masyarakat untuk mencegah penyebaran DBD di awal musim hujan. Salah satu langkah utama adalah melalui gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan melaksanakan 3M Plus, yang terdiri dari:

  • Menguras dan menyikat tempat penampungan air seperti bak mandi, drum, dan ember.
  • Menutup rapat tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi, drum, dan tempayan untuk mencegah nyamuk bertelur.
  • Mendaur ulang atau memanfaatkan kembali barang bekas seperti botol dan ban bekas yang bisa menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk.

Selain itu, masyarakat juga diminta untuk melaksanakan Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik (G1R1J). Di mana mewajibkan setiap rumah untuk menunjuk petugas pemantau jentik (jumantik) yang akan memastikan tidak ada tempat berkembangbiak nyamuk di rumah mereka. Untuk mendukung upaya ini, Kemenkes juga mengimbau agar penyuluhan mengenai pencegahan DBD dilakukan secara masif. Baik melalui media cetak, elektronik, maupun penyuluhan langsung kepada masyarakat.

Tak kalah penting, Kemenkes mengingatkan agar fasilitas kesehatan (fasyankes) segera merespons laporan kasus DBD dalam waktu tiga jam. Serta tidak lupa melakukan investigasi epidemiologi dalam 24 jam. Hal ini bertujuan untuk mencegah keterlambatan penanganan dan mempercepat penanganan wabah.

Untuk mendukung upaya pencegahan dan pengobatan, dua vaksin DBD, yaitu Dengvaxia dan Qdenga, telah mendapatkan izin edar dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (POM) RI. Kedua vaksin ini diharapkan dapat memberikan perlindungan lebih kepada masyarakat, terutama di daerah-daerah dengan prevalensi DBD yang tinggi.

Melalui upaya-upaya ini, Kemenkes berharap masyarakat dapat berperan aktif dalam pencegahan DBD serta mendukung kebijakan-kebijakan yang telah dirancang untuk menanggulangi penyakit ini. Koordinasi yang baik antara pemerintah, masyarakat, dan pihak terkait sangat diperlukan untuk menanggulangi wabah DBD, terutama pada masa-masa awal musim hujan yang rentan terhadap penyebaran penyakit ini. (Aye/SG).

Baca Juga : Gaes !!! Surabaya Tingkatkan Kewaspadaan DBD, Masyarakat Diimbau Aktif Laksanakan PSN 3M Plus