Hidangan Om Ali: Kelezatan Manis khas Mesir dengan Sejarah Kelam

FT : Hidangan Om Ali: Kelezatan Manis khas Mesir dengan Sejarah Kelam/sc : BBC international

Share

SUARAGONG.COM – Saat berbuka puasa di bulan Ramadan, banyak orang di berbagai belahan dunia menyantap hidangan pencuci mulut yang tak hanya lezat tetapi juga memiliki kisah legendaris yang mengejutkan: Om Ali. Pada suatu malam di bulan Agustus 2011. Seorang penikmat kuliner duduk di sebuah restoran favoritnya di Kuwait City, menikmati hidangan berbuka puasa yang lengkap. Dari semua sajian yang disantapnya, satu rasa yang paling membekas adalah Om Ali—puding roti khas Mesir yang sederhana namun kaya rasa.

Bertahun-tahun kemudian, saat ia kembali mencicipi Kuliner Om Ali di Kairo bersama anaknya. Rasa manis khas hidangan ini tetap melekat di lidahnya. Om Ali, yang juga dikenal sebagai Umm Ali atau Oum Ali, adalah puding roti yang dibuat dari susu berbumbu, puff pastry, kacang panggang, dan gula. Dipanggang dalam wadah tanah liat selama 20-25 menit, bagian atasnya menjadi renyah dan karamel, sementara lapisan bawahnya tetap lembut dan creamy. Perpaduan tekstur dan rasa ini menjadikan Om Ali hidangan penutup yang ikonik di Mesir serta negara-negara Timur Tengah lainnya, terutama saat Ramadan dan Idul Fitri.

Namun, di balik kelezatannya, Om Ali memiliki kisah asal-usul yang kelam.

Baca Juga : Manfaat Kurma bagi Kesehatan: Makanan Super dengan Beragam Kebaikan

Sejarah Kelam di Balik Hidangan Om Ali

Nama “Om Ali” secara harfiah berarti “Ibu Ali” dalam bahasa Arab. Menurut legenda, hidangan ini berasal dari masa Kesultanan Mamluk pada abad ke-13. Om Ali adalah istri pertama dari Sultan Izz Al-Din Aybak, penguasa pertama dinasti Mamluk di Mesir. Setelah Aybak menikahi Shajar Al-Durr, ratu terakhir dari dinasti Ayyubiyah, terjadi perselisihan antara kedua wanita ini. Al-Durr akhirnya membunuh Aybak saat ia sedang mandi, tetapi Om Ali tidak tinggal diam. Ia membalas dendam dengan membunuh Al-Durr menggunakan sandal kayu hingga tewas.

Sebagai perayaan atas kemenangannya, Om Ali memerintahkan kokinya untuk membuat hidangan istimewa, yang kemudian dikenal sebagai puding Om Ali.

Meskipun kisah ini populer di Mesir, sejarawan makanan Dr. Mennat-Allah El Dorry dari American University di Kairo menyatakan bahwa tidak ada bukti sejarah yang menghubungkan penciptaan Om Ali dengan peristiwa pembunuhan Al-Durr. Namun, legenda ini tetap bertahan dalam budaya populer Mesir hingga kini.

Baca JugaKolak: Takjil Ramadan yang Dulu Jadi Media Dakwah

Daya Tarik Om Ali

Terlepas dari asal-usulnya yang kelam, Om Ali tetap menjadi salah satu hidangan paling dicintai di Mesir dan Timur Tengah. Selain rasanya yang lezat, hidangan ini juga mudah dibuat dan bisa disiapkan dengan bahan sederhana yang tersedia di rumah, menjadikannya hidangan yang dapat dinikmati oleh semua kalangan, baik kaya maupun miskin.

“Kami menyukainya karena kisahnya yang menggambarkan kemenangan keadilan atas kezaliman,” ujar seorang pemandu wisata di Kairo. “Selain itu, orang Mesir sangat menyukai cerita, sehingga hidangan ini semakin populer.”

Popularitas Om Ali semakin meningkat selama bulan Ramadan, ketika makanan manis menjadi bagian penting dari menu berbuka. Dibandingkan dengan dessert lain seperti kunefe dan baklava, Om Ali memiliki kandungan kalori yang lebih rendah, serta kaya akan protein, kalsium, vitamin, dan serat dari kacang-kacangan.

Sebagai hidangan yang memberikan kehangatan dan kelezatan dalam setiap suapan, Om Ali tetap menjadi favorit di meja berbuka puasa. Terlepas dari mitos yang menyelimutinya, Om Ali telah menjelma menjadi simbol kenikmatan kuliner Mesir yang bertahan sepanjang zaman. (Aye)

Baca Juga Artikel Berita Lain Dari Suaragong di Google News