SUARAGONG.COM – Kalau ngomongin gaya komunikasi Presiden Jokowi, semua orang setuju santai, sederhana, tapi nusuk pelan-pelan. Kadang diem, kadang senyum, tapi kalau udah komentar soal kinerja pejabat, terutama kepala daerah, efeknya langsung kayak tamparan halus tapi pedas dan Jokowi bikin kepala daerah malu.
Beberapa hari terakhir, obrolan ini kebawa lagi ke publik. Soalnya, pesan yang dulu pernah viral soal masa sih bikin izin aja berbelit-belit kembali dibahas oleh Wamendagri Bima Arya. Yang menarik, Bima bilang banyak kepala daerah sebenarnya tersindir dan malu.
Bima Arya Nostalgia Saya Dulu Juga Ketampar
Bima Arya, yang sekarang jadi Wakil Menteri Dalam Negeri, ngaku kalau dirinya termasuk kepala daerah yang pernah kena kritik Jokowi. Waktu itu, konteksnya soal perizinan.
Bayangin investor mau bangun sesuatu, bikin usaha, ngurus izin, tapi prosesnya muter-muter kayak sinetron 2000 episode. Jokowi sering ngomong kalau Indonesia ngaku ramah investasi, tapi urusan izin justru bikin orang keringetan duluan sebelum mulai usaha. Bahkan Jokowi sampai nyeletuk:
“Ada yang ngurus izin sampai berbulan-bulan. Ini negara apa? Kok bisa kayak gini?”
Kalimat santai, tapi ngegasnya dapet. Dan menurut Bima, gara-gara ucapan itu, banyak kepala daerah auto ngecek ulang layanan publik di wilayah mereka. Malu kalau sampai disindir di depan umum. Jadi jelas ya ucapan Jokowi bikin kepala daerah malu itu bukan gosip, tapi kejadian nyata.
Baca juga: Ada Nama Jokowi di Deretan Dewan Penasihat Global Bloomberg New Economy
Kenapa Komentar Jokowi Ini Nge-Hit Sampai Sekarang?
Because relate. Indonesia udah maju, teknologi ada, sistem digital jalan, tapi masih banyak urusan publik ribetnya nggak kira-kira. Di era serba online kayak sekarang, urus izin tuh harusnya tinggal klik, upload, beres. Tapi realitanya, di beberapa daerah masih ada drama:
- Ngurus izin A tapi disuruh minta surat pengantar B
- Datang ke kantor pagi, petugas belum hadir
- Sistem online down di jam kerja
- Disuruh kembali minggu depan karena pejabatnya rapat
Masyarakat capek. Investor males. Dan Jokowi sadar banget ini penghambat ekonomi. Makanya, waktu itu Jokowi blak-blakan ngegas kepala daerah. Bukan buat mempermalukan, tapi biar sadar kalau rakyat tuh butuh layanan cepat, bukan birokrasi berlapis-lapis.
Baca juga: Reshuffle 5 Menteri Bantah Isu Hapus Menteri Jokowi
Masuk ke Ranah RDTR Kalau Ini Beres, Kota Lebih Berkarakter
Nah, cerita makin menarik ketika Bima Arya juga bahas soal RDTR (Rencana Detail Tata Ruang). Ini terdengar teknis banget, tapi pentingnya minta ampun. RDTR itu ibarat blueprint kota:
- Bagian mana buat perumahan
- Bagian mana buat industri
- Mana area hijau
- Mana yang gak boleh diutak-atik
Kalau RDTR acak-acakan, kota bakal kacau macet, banjir, semrawut, dan pembangunan nggak jelas arahnya. Menurut Bima, Jokowi pernah ngomong:
“Masa kota mau membangun tapi tata ruangnya belum jelas? Mau jadi kota apa nanti?”
Dan lagi-lagi, ucapan Jokowi bikin kepala daerah malu. Soalnya, banyak daerah yang selama ini sibuk bangun mall, gedung, dan proyek baru, tapi nggak mikirin konsep kota jangka panjang.
Makanya Bima menegaskan RDTR itu kunci bikin kota punya karakter, tertib, dan nggak tumbuh seenaknya.
Baca juga: Eks Stafsus Jokowi Arif Budimanta Tutup Usia di Usia 57 Tahun
Kenapa Kepala Daerah Kena Silent Pressure dari Jokowi?
Karena cara Jokowi mengkritik itu tipe kalem tapi nusuk. Dia jarang marah depan kamera, tapi kalimat-kalimatnya sering jadi warning keras:
- Kok lama?
- Kok gak selesai?
- Kenapa ruwet?
- Saya cek sendiri, ternyata beda
Kadang beliau dateng mendadak ke lapangan, sidak, ngobrol sama warga. Hal-hal kayak gitu bikin kepala daerah nggak bisa cuma pencitraan di media. Dan harus diakui, kritik itu ngaruh. Setelah Jokowi marah soal perizinan lambat, banyak daerah tiba-tiba rame ngeluncurin sistem online, aplikasi, loket cepat, pelayanan satu pintu, dan lain-lain. Malu dulu, kerja setelahnya. Win-win.
Baca juga: Roy Suryo Cs Luncurkan Jokowi’s White Paper
Efek Domino Pemerintah Daerah Jadi Lebih Melek Digital
Kalau kita tarik ke momen sekarang, efek dari kritik itu kerasa banget:
- Banyak layanan publik digitalkan
- Ngurus izin bisa lewat aplikasi
- Waktu pelayanan dipangkas
- Sistem pengawasan lebih transparan
- Warga bisa lapor via online
Kadang teknologi dipakai duluan baru SDM-nya nyusul, tapi setidaknya berkembang. Dan lucunya, menurut Bima, ada kepala daerah yang sampai bilang:
“Kalau Presiden udah ngomong gitu, kita nggak berani santai.”
So, sekali lagi, ucapan Jokowi bikin kepala daerah malu tapi juga ngebut kerja.
Baca juga: Teman Jokowi Mulyono Calo Dari Terminal Tirtonadi?
Sisi Lainnya Kritik Jokowi Itu Bukan Nyalahin, Tapi Ngedorong
Penting dicatet Jokowi jarang menyalahkan daerah individual.
Yang disasar adalah sistemnya. Kalau kepala daerah tersinggung, berarti sadar ada yang salah di daerahnya. Dan lucunya, setelah kritik itu viral, banyak daerah mulai pamer perubahan:
- Kota A mulai punya mall pelayanan publik
- Kota B punya aplikasi izin super cepat
- Kota C kasih layanan tanpa tatap muka
Nggak semua sempurna, tapi setidaknya ada usaha.
Baca juga: Hadiri Reuni UGM, Jokowi Curhat Soal Ijazah
Masih Perlu Jokowi Ngegas Tiap Tahun?
Nah ini publik sering mikir “kalau udah diingetin dari 5 tahun lalu, kenapa masih ribet?” Jawabannya simpel Karena perubahan sistem itu lama, mental birokrasi lebih lama, dan budaya minta dipermudah baru kuat belakangan. Tapi efeknya nyata:
- Sekarang banyak daerah sadar gak bisa kerja lambat
- Pemerintah pusat makin detail ngawasin
- Masyarakat makin berani komplen
Dan kritik Jokowi jadi kayak alarm tahunan buat pemda.
Baca juga: Penetapan Tersangka Kasus Fitnah Ijazah Jokowi Kian Dekat
Kritik Jokowi Perlu atau Tidak?
Jujur aja perlu. Kadang kepala daerah lebih takut kritik publik daripada kritik pusat. Tapi kalau Presiden langsung ngomong, level malunya naik 300%.
Makanya kalimat Jokowi bikin kepala daerah malu masih relevan sampai hari ini. Karena kritik itu jelas, kena sasaran, dan terbukti bikin perubahan. Yang penting sekarang jangan cuma malu tapi berubah. Kalau daerah bisa:
- Pelayanan cepat
- Izin gampang
- Tata ruang jelas
- Kota nyaman ditinggali
Ya warga happy, investor masuk, ekonomi jalan, semua senang. Kadang memang perlu diingetin dulu biar gerak.
Tapi yang penting: jangan cuma malu sebentar, balik sibuk lagi.
Baca juga: Ijazah Asli SMA dan S1 Jokowi Disita Polda Metro Jaya
Jokowi sebentar lagi selesai masa jabatan, tapi gaya kritiknya udah ninggalin jejak kuat. Pesannya satu negara nggak boleh ribet. Daerah harus gesit. Warga harus dilayani, bukan dipersulit.
Semoga pesan itu nggak hilang setelah beliau lengser. Karena negara maju itu dimulai dari pelayanan publik yang gesit, transparan, dan manusiawi.
Dan kalau masih ada daerah yang pelayanannya lambat, izinnya ribet, dan tata ruangnya amburadul? (dny)