Kebangkitan Tiongkok Lebih Kuat dari Uni Soviet Dahulu?

Tiongkok akan menjadi lawan yang lebih berat ketimbang Uni Soviet untuk Amerika Serikat

Share

SUARAGONG.COM – Benarkah kebangkitan Tiongkok lebih kuat dari Uni Soviet saat perang dingin? Republik Rakyat Tiongkok (RRT) kini menjelma sebagai kekuatan politik yang sangat dominan.

RRT menguasai banyak aspek dalam segi kuantitas maupun kualitas. Baik itu militer, politik, dan tentu saja, ekonomi.

Di bawah kendali Partai Komunis Tiongkok atau CCP (Dalam Mandarin disebut juga Gongchandang), negara ini mampu menyaingi Amerika Serikat dalam berbagai aspek. Bahkan, kebangkitan PKT jauh lebih solid dibandingkan Uni Soviet pada era Perang Dingin.

Baca Juga: Trump Serukan Putin Hentikan Invasi Jika Tidak Ingin “Cara Kasar”

Awal Kebangkitan Tiongkok dan Partai Komunis Tiongkok (Gongchandang)

Partai Komunis Tiongkok (Gongchandang) merupakan salah satu partai politik terbesar di dunia

Partai Komunis Tiongkok didirikan pada tahun 1921 dan mulai berkuasa pada 1949, mengusir Kuomintang ke pulau yang sekarang dikenal dengan nama Taiwan.

Setelah kemenangan revolusi, PKT berhasil mempersatukan Tiongkok yang sebelumnya terpecah akibat perang saudara.

Seiring waktu, PKT memusatkan kekuatan politik di tangan pemerintah pusat. Reformasi ekonomi oleh Deng Xiaoping di era 1980-an menjadi titik balik kebangkitan ekonomi Tiongkok.

Strategi ini membuat Tiongkok bertransformasi dari negara agraris menjadi raksasa manufaktur global. Ditambah lagi, investasi besar dalam teknologi dan militer memperkuat posisi PKT di dunia.

Background Amerika Serikat Pasca Perang Dingin yang “Melunak”

Setelah berakhirnya Perang Dingin, Amerika Serikat menjadi satu-satunya adidaya dunia. Namun, euforia kemenangan membuat fokus AS terhadap ancaman baru menjadi kurang tajam.

Dalam dekade 1990-an dan awal 2000-an, AS lebih banyak berkonsentrasi pada isu-isu domestik. Pada saat yang sama, kebangkitan ekonomi dan militer Tiongkok mulai mengancam dominasi global AS.

Kebijakan AS yang terlalu percaya pada perdagangan bebas justru membantu pertumbuhan Tiongkok. Ketergantungan pada barang-barang produksi Tiongkok membuat AS kehilangan daya saing di sektor manufaktur.

Baca Juga: 5 Strategi Topi Melania Hindari Kecupan Trump

Kenapa Tiongkok Lebih Kuat Dibandingkan Uni Soviet?

Uni Soviet pada masa kejayaannya gagal menciptakan ekonomi yang kompetitif. Sebaliknya, Tiongkok berhasil mengintegrasikan ekonomi pasar dengan sistem politik satu partai.

Selain itu, Tiongkok memiliki populasi besar yang menjadi pasar domestik kuat. Dukungan terhadap inovasi teknologi juga jauh melampaui kemampuan Soviet di era Perang Dingin.

Tiongkok juga unggul dalam membangun infrastruktur global melalui inisiatif Belt and Road. Hal ini memberi pengaruh besar di negara-negara berkembang yang dulu menjadi incaran Soviet.

Bagaimana Amerika Serikat Akan Menghadapi Kebangkitan Tiongkok?

Amerika Serikat mulai menyadari ancaman dari kebangkitan Tiongkok dalam dua dekade terakhir. Strategi Indo-Pacific dan aliansi seperti AUKUS menjadi langkah untuk membendung pengaruh Tiongkok.

Namun, AS menghadapi tantangan besar dalam mempertahankan dominasinya. Isu-isu domestik seperti polarisasi politik dan ekonomi melemahkan posisi globalnya.

Selain itu, upaya untuk membatasi teknologi Tiongkok, seperti Huawei, menjadi langkah strategis. Meski demikian, efektivitas kebijakan ini masih diperdebatkan di kalangan pengamat.

Cold War 2.0?

Kebangkitan Partai Komunis Tiongkok menunjukkan kekuatan yang lebih stabil dibandingkan Uni Soviet dahulu. Dengan kombinasi ekonomi, militer, dan diplomasi yang solid, Tiongkok terus menantang dominasi Amerika Serikat.

Di sisi lain, respons AS terhadap kebangkitan ini akan menentukan arah politik global. Dunia kini menyaksikan babak baru persaingan antara dua kekuatan besar, Tiongkok dan Amerika Serikat. (PGN)

Baca Juga Artikel Berita Lain dari Suaragong di Google News