SUARAGONG.COM – Wakil Bupati Malang, Lathifah Shohib, secara resmi membuka Pasar Rakyat Terongdowo Tempo Doeloe. Yang digelar di Dusun Terongdowo, Desa Tirtomoyo, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang.
Pasar Rakyat Terongdowo Tempo Doeloe
Dalam sambutannya, Wabup menegaskan bahwa penyelenggaraan pasar rakyat tidak hanya berfungsi sebagai ruang perputaran ekonomi bagi para pelaku UMKM, tetapi juga menjadi wadah kebersamaan untuk mempererat tali silaturahmi antarwarga.
“Atas nama Pemerintah Kabupaten Malang, saya menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah bekerja keras menyukseskan acara ini, mulai dari Pemerintah Desa, Kecamatan, hingga seluruh elemen masyarakat yang berpartisipasi aktif,” ujarnya belum lama ini.
Acara yang berlangsung meriah ini turut dihadiri Camat Pakis, jajaran Forkopimcam, perangkat desa, tokoh masyarakat, hingga warga yang antusias menyaksikan jalannya pembukaan.
Baca Juga :Tanggul Tempoe Doeloe Tawarkan Atmosfer Perjuangan Kemerdekaan RI
Bawa Warisan dan Tingkatkan Perekonomian Lokal
Lebih lanjut, Lathifah berharap kegiatan ini mampu meningkatkan perekonomian masyarakat lokal. Sekaligus membuka peluang lebih luas bagi pelaku usaha untuk berkembang.
Tema Tempo Doeloe yang diusung pun dinilai istimewa. Bagi Wabup, konsep itu bukan sekadar atraksi, melainkan juga bentuk penghormatan terhadap warisan leluhur.
“Tradisi dan nilai-nilai luhur yang kita warisi bisa menjadi inspirasi dalam membangun masa depan yang lebih baik, penuh semangat kebersamaan, dan berkelanjutan,” tambahnya.
Tak hanya itu, Lathifah juga mengajak masyarakat untuk menjaga keberlangsungan kegiatan positif ini agar dapat dijadikan agenda tahunan.
“Kalau kita konsisten menggelar acara seperti ini, saya yakin Desa Tirtomoyo akan semakin dikenal, tidak hanya di Kabupaten Malang, tetapi juga bisa menarik wisatawan dari luar daerah,” imbuhnya.
Baca Juga : Blimbing Siap Gelar Semar Tempoe Doeloe
Destinasi Wisata Berbasis Budaya Malang?
Ia pun berharap Pasar Rakyat Terongdowo Tempo Doeloe dapat tumbuh sebagai magnet ekonomi sekaligus destinasi wisata berbasis budaya lokal.
“Inilah wujud kemandirian desa, di mana masyarakat mampu menggali potensi dan mengolahnya menjadi daya tarik yang bermanfaat bagi semua,” pungkasnya. (nif/aye)