SUARAGONG.COM – Fenomena ini mungkin pernah kita alami atau saksikan. Ada orang yang, jujur saja, kurang kompeten di suatu bidang tapi kok malah merasa lebih pintar daripada orang-orang di sekitarnya. Mungkin kita sendiri pernah juga ada di situasi ini, meskipun sulit diakui. Apa sih yang membuat orang-orang seperti ini bisa merasa seolah-olah tahu segalanya?
Sebenarnya, ada penjelasan psikologis untuk ini, yang disebut Dunning-Kruger effect. Saya pertama kali mendengar istilah ini setelah berdiskusi dengan seorang teman soal betapa frustrasinya berhadapan dengan rekan kerja yang selalu merasa paling benar, padahal faktanya nggak sesuai. Pikir saya, mungkin ini hanya kejadian aneh, sampai saya sadar, fenomena ini ternyata lebih umum dari yang saya bayangkan.
Dulu, ketika saya baru mulai belajar digital marketing, saya merasa cukup percaya diri. Saya belajar dasar-dasar SEO, strategi konten, dan penggunaan media sosial. Setelah sebulan, saya pikir saya sudah tahu segalanya. Saya bahkan memberi saran kepada teman-teman, seolah-olah saya adalah ahli SEO. Ironisnya, setelah beberapa bulan mendalami lebih dalam, saya justru merasa semakin bingung. Saya sadar, dunia digital marketing jauh lebih kompleks daripada yang saya bayangkan. Nah, di sinilah masalahnya: semakin sedikit yang kita tahu, semakin kita merasa sudah paham semuanya.
Menurut riset yang dilakukan oleh Dunning dan Kruger, orang yang kurang berpengetahuan di suatu bidang cenderung melebih-lebihkan pemahaman mereka karena kurangnya kemampuan untuk menilai kesalahan atau keterbatasan mereka. Sebaliknya, orang yang benar-benar ahli seringkali meremehkan pengetahuan mereka karena mereka sadar betapa luasnya bidang yang mereka geluti. Menarik, ya?
Kalau dipikir-pikir, Dunning-Kruger effect ini bisa terjadi di berbagai aspek kehidupan. Misalnya saja, saya pernah punya teman yang sok tahu soal teknologi, terutama smartphone. Setiap kali kami nongkrong, dia pasti ngasih tahu tentang bagaimana cara mempercepat kinerja HP, trik-trik yang dia klaim ‘rahasia’, atau gimana caranya mengatasi masalah teknis tertentu. Tapi kenyataannya, saran-saran dia seringkali malah bikin HP rusak. Meski banyak orang yang kasih tahu kalau dia salah, dia tetap keras kepala dan percaya dirinya paling benar. Itu contoh yang jelas dari bagaimana seseorang bisa merasa lebih pintar dari kenyataannya.
Salah satu hal yang bikin fenomena ini makin menarik adalah bagaimana teknologi dan media sosial memainkan peran besar. Sekarang, dengan akses informasi di ujung jari, siapa saja bisa merasa seperti ahli. Orang-orang baca satu artikel atau nonton satu video YouTube, lalu langsung merasa punya semua jawaban. Padahal, pemahaman yang mendalam biasanya butuh waktu bertahun-tahun untuk dibangun, nggak cuma dari satu sumber saja.
Pelajaran penting yang saya dapat dari ini adalah pentingnya punya sikap rendah hati dalam belajar. Nggak apa-apa kok kalau kita nggak tahu segalanya. Justru, sikap terbuka terhadap kritik dan masukan bisa membantu kita untuk berkembang. Kita juga perlu berhati-hati agar nggak terjebak dalam siklus Dunning-Kruger ini, dengan selalu mengevaluasi diri dan terus belajar.
Kalau kamu merasa pernah ada di situasi yang mirip, jangan khawatir, itu hal yang normal. Semua orang pernah merasa lebih pintar daripada yang sebenarnya. Yang penting adalah bagaimana kita merespons saat kesadaran itu datang. Apakah kita memilih untuk bersikap defensif dan tetap merasa benar, atau kita mau membuka diri dan menerima bahwa masih banyak yang harus dipelajari?
Baca juga : Kenapa Pria Berselingkuh Meski Bahagia dengan Pasangan?
Sebagai saran praktis, cobalah untuk selalu terbuka terhadap umpan balik. Kadang, masukan yang paling berguna justru datang dari orang-orang yang nggak selalu sepemikiran dengan kita. Selain itu, hindari merasa puas dengan pengetahuan yang dangkal. Jika kita ingin benar-benar memahami sesuatu, kita harus siap untuk mendalami hal itu secara menyeluruh, bukan hanya di permukaan.
Akhir kata, meskipun mungkin nggak semua orang menyadari bahwa mereka terjebak dalam Dunning-Kruger effect, kita bisa mulai dari diri sendiri. Dengan sikap yang selalu ingin belajar dan berkembang, kita bisa menghindari jebakan perasaan “terlalu pintar” padahal sebenarnya masih banyak yang belum kita tahu. (acs)