Korban Tewas Gempa Myanmar Lampaui 3000 Jiwa

Korban gempa Myanmar tembus 3000 orang (Sumber: AFP)

Share

SUARAGONG.COM – Gempa Myanmar berkekuatan 7,7 Skala Richter yang mengguncang sebagian besar wilayah itu pada Jumat lalu (28 Maret 2025) telah menimbulkan tragedi kemanusiaan yang mengerikan.  

Jumlah korban tewas terus meningkat dan hingga Rabu (2 April 2025) telah melampaui angka 3.003 jiwa, dengan 4.515 orang terluka dan 351 lainnya masih dinyatakan hilang.  

Baca Juga: ASEAN Siapkan Pertemuan untuk Bahas Krisis Myanmar di Thailand

Bencana ini semakin diperparah oleh hujan deras yang tidak sesuai musim, menghambat upaya penyelamatan dan penyaluran bantuan kepada para korban yang tersebar di wilayah yang dilanda perang saudara.

Tantangan Penyelamatan di Tengah Perang Saudara

Gempa bumi tersebut telah menimbulkan kerusakan yang sangat besar di wilayah yang dihuni sekitar 28 juta orang. Bangunan-bangunan roboh, masyarakat porak-poranda, dan banyak penduduk kehilangan akses terhadap makanan, air bersih, dan tempat tinggal.  

Hujan deras yang mengguyur wilayah terdampak semakin mempersulit akses bagi tim penyelamat dan bantuan kemanusiaan. Kondisi ini semakin diperburuk oleh konflik bersenjata yang telah lama berlangsung di Myanmar, menyebabkan kesulitan dalam menjangkau daerah-daerah yang paling membutuhkan pertolongan.  

Baca Juga: 43 Warga dari Negara ini Bakal Dilarang Trump Masuk ke AS

Banyak daerah terpencil yang sulit dijangkau karena medan yang sulit dan adanya pertempuran aktif. Organisasi bantuan internasional dan kelompok sukarelawan lokal menghadapi tantangan logistik yang signifikan. Termasuk jalan yang rusak, kurangnya infrastruktur, dan  ancaman keamanan.  

Mereka menyerukan akses tanpa hambatan ke semua daerah yang terkena dampak, terlepas dari situasi konflik yang sedang berlangsung.

Respon Internasional dan Kontroversi Kunjungan Junta Militer

Meskipun menghadapi bencana dahsyat ini, Kepala Junta Militer Myanmar, Min Aung Hlaing, dikabarkan akan meninggalkan negara yang dilanda bencana. Untuk menghadiri sebuah pertemuan puncak regional di Bangkok.  

Kunjungan ini menuai kontroversi mengingat isolasi internasional yang dihadapi oleh junta militer pasca kudeta tahun 2021.  Banyak negara mengecam tindakan junta militer yang dianggap telah mengabaikan tanggung jawabnya dalam menghadapi bencana ini.  

Baca Juga: Tantangan Mengatasi Penipuan Telekomunikasi di Myanmar Timur

Jepang, sebagai salah satu negara yang memberikan bantuan signifikan, telah mengirimkan 53 pengangkutan bantuan melalui udara.  Lebih dari 1.900 petugas penyelamat dari 15 negara, termasuk negara-negara tetangga di Asia Tenggara, Tiongkok, India, dan Rusia, telah tiba di Myanmar untuk membantu upaya penyelamatan dan pemulihan.  

Namun, upaya bantuan ini terhambat oleh berbagai tantangan, termasuk akses yang terbatas ke daerah-daerah yang terkena dampak dan kondisi cuaca yang buruk.  

Kekejaman junta militer dalam menghadapi krisis kemanusiaan ini semakin mengundang kecaman dari berbagai kalangan internasional. Perjalanan Min Aung Hlaing ke Bangkok di tengah bencana ini menunjukkan prioritas yang salah dan mengabaikan penderitaan rakyatnya sendiri.  

Krisis ini menyoroti kebutuhan mendesak akan solusi damai di Myanmar agar upaya bantuan kemanusiaan dapat berjalan efektif dan menyelamatkan lebih banyak nyawa. (Cld/Ls/PGN)

Baca Juga Artikel Berita Lain dari Suaragong di Google News