SUARAGONG.COM – Kamu mungkin pernah mendengar tentang Law of Attraction, atau mungkin kamu seperti saya dulu, skeptis dan menganggapnya hanya sebagai konsep spiritual yang terlalu “ajaib”. Tapi setelah banyak membaca dan mencoba mempraktikkannya, pandangan saya mulai berubah. Konsep dasar Law of Attraction adalah kamu menarik apa yang kamu fokuskan—apakah itu hal positif atau negatif. Sounds simple, right? Tapi realitanya, butuh usaha yang cukup untuk benar-benar menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Saya ingat momen ketika pertama kali mendengar tentang Law of Attraction dari seorang teman. Dia tampak yakin sekali kalau energi positif yang kita pancarkan bisa menarik kesuksesan, kebahagiaan, bahkan cinta. Sementara itu, saya yang kala itu sedang terjebak dalam berbagai masalah kehidupan, cenderung merasa skeptis. Tapi karena penasaran, saya memutuskan untuk mencobanya, meskipun dengan keraguan di awal.
Salah satu hal pertama yang saya lakukan adalah mengubah cara berpikir saya tentang diri sendiri dan keadaan saya. Di sinilah letak tantangannya. Sebagai seseorang yang sering overthinking, pikiran negatif seperti “saya gak bisa melakukan ini” atau “hidup ini susah banget” selalu muncul di kepala. Saya pikir, gimana caranya bisa menerapkan Law of Attraction kalau otak saya terus-terusan menarik hal negatif?
Baca juga : Fenomena Konten Sensual di Media Sosial: Antara Ekspresi Diri dan Objektifikasi
Ubah Pikiran, Ubah Realitas
Salah satu kunci dari Law of Attraction adalah self-awareness. Kamu harus benar-benar sadar akan pikiranmu setiap saat. Setiap kali saya merasa mulai pesimis atau stres, saya berusaha untuk segera berhenti, mengambil napas dalam-dalam, dan mengganti pikiran negatif dengan yang lebih positif. Bukan berarti saya langsung pura-pura bahagia, tapi lebih kepada mengganti pola pikir dari “ini sulit” menjadi “saya akan menemukan cara”. Dan jujur saja, ini gak selalu mudah.
Ada satu momen yang saya ingat, di mana saya merasa frustrasi dengan pekerjaan. Proyek yang saya kerjakan berjalan lambat, dan saya mulai merasa itu akan berakhir dengan kegagalan. Tiba-tiba, saya ingat tentang Law of Attraction. Saya mengambil waktu untuk merenung dan mulai mengganti pikiran saya. Alih-alih fokus pada kegagalan, saya mulai memvisualisasikan diri saya berhasil menyelesaikan proyek dengan hasil yang memuaskan. Anehnya, hal itu sedikit demi sedikit mengubah cara saya bekerja. Saya jadi lebih termotivasi, menemukan ide-ide baru, dan akhirnya, proyek tersebut selesai dengan baik. Ternyata, apa yang saya fokuskan memang berdampak besar pada hasilnya.
Visualisasi Itu Penting
Law of Attraction tidak hanya soal berpikir positif, tapi juga visualisasi. Kalau kamu ingin mencapai sesuatu, kamu harus membayangkannya sejelas mungkin seolah-olah kamu sudah berada di situasi itu. Ini bukan omong kosong belaka, ada dasar psikologis di baliknya. Ketika kamu membayangkan kesuksesan, pikiranmu otomatis mulai mencari cara untuk mencapainya.
Saya mulai mempraktikkan visualisasi ini setiap pagi sebelum memulai aktivitas. Bayangkan, saya duduk di depan cermin dan membayangkan hal-hal positif yang ingin saya capai hari itu. Kadang saya membayangkan hal sederhana seperti mendapatkan mood yang baik, atau lebih besar seperti mencapai target bulanan di pekerjaan. Saya mencoba merasakan emosi yang muncul ketika saya membayangkan sukses, seperti perasaan lega, bahagia, atau penuh kepuasan. Dan entah bagaimana, hari-hari saya mulai berubah jadi lebih baik. Setidaknya, saya lebih termotivasi dan optimis menghadapi setiap tantangan.
Jangan Lupakan Tindakan
Oke, inilah bagian penting lainnya. Law of Attraction bukan berarti kamu cuma duduk diam, berpikir positif, dan tiba-tiba hal-hal baik datang menghampirimu. Kamu harus tetap bertindak. Banyak orang salah paham tentang ini dan menganggap Law of Attraction semata-mata soal berpikir. Tapi saya belajar kalau berpikir positif harus diiringi dengan tindakan nyata.
Misalnya, saat saya berusaha menarik keberhasilan dalam karier, saya tidak hanya membayangkannya. Saya juga memastikan kalau saya melakukan langkah-langkah konkret menuju ke sana. Saya meningkatkan keterampilan, memperbaiki cara kerja, dan tetap terbuka terhadap kesempatan baru. Intinya, visualisasi itu semacam peta jalan, tapi kamu yang harus berjalan di jalannya.
Baca juga : Ciri-Ciri Orang Rasional yang Perlu Kamu Ketahui
Bersyukur adalah Magnet yang Kuat
Saya juga menemukan bahwa rasa syukur memainkan peran besar dalam Law of Attraction. Ketika kamu fokus pada hal-hal yang sudah kamu miliki dan merasa bersyukur, kamu secara otomatis menarik lebih banyak hal baik. Setiap kali saya merasa bersyukur—sekecil apapun alasannya, hidup saya terasa lebih ringan dan lebih banyak hal positif datang. Rasanya, energi yang kita pancarkan memang beresonansi dengan alam semesta.
Kesimpulannya, Law of Attraction mungkin terdengar seperti konsep yang penuh harapan dan angan-angan di awal, tapi setelah kamu menerapkannya dengan sungguh-sungguh, hasilnya nyata. Apakah hidup saya berubah secara drastis sejak mulai mempraktikkannya? Tidak sepenuhnya. Tapi saya bisa merasakan perbedaan nyata dalam cara saya berpikir, bertindak, dan tentu saja, dalam hasil yang saya capai.
Jadi, kalau kamu penasaran, coba deh. Mulailah dari hal kecil—ubah cara berpikirmu, visualisasikan kesuksesan, dan jangan lupa bertindak. Siapa tahu, Law of Attraction akan mengubah hidupmu seperti yang telah mengubah hidup saya.