Mengulik Beauty Privilege dalam Film ‘Wicked’

(sumber : variety)

Share
SUARAGONG.COM – Adaptasi musikal Wicked dari panggung Broadway ke layar lebar memberikan pengalaman yang lebih dari sekadar hiburan. Film ini menggali tema sosial seperti kecantikan, prasangka, dan stereotipe, sambil menghadirkan cerita tentang asal-usul dua karakter ikonik dari dunia Oz: Glinda, sang Penyihir Baik, dan Elphaba, Penyihir Jahat. Dengan arahan Jon M. Chu, Wicked menampilkan visual megah yang menghidupkan dunia fantasi Oz, didukung penampilan apik para aktor.

Dualitas Glinda dan Elphaba

Kisah ini menampilkan kontras antara Glinda, penyihir cantik yang populer, dan Elphaba, penyihir dengan kulit hijau yang kerap dikucilkan. Glinda, simbol beauty privilege, mudah diterima masyarakat meski tindakannya tidak selalu adil. Di sisi lain, Elphaba adalah karakter kompleks yang berani menentang stereotipe tentang moralitas berdasarkan penampilan.

Pemeranan karakter ini oleh Ariana Grande dan Cynthia Erivo menciptakan dinamika emosional yang kuat. Grande, sebagai Glinda, memancarkan pesona khasnya melalui lagu “Popular”, sementara Erivo membawakan “Defying Gravity” dengan intensitas yang menggugah, menyerukan keberanian untuk melawan batasan sosial.

Soundtrack film ini menjadi salah satu kekuatannya. “Defying Gravity” menginspirasi penonton untuk membebaskan diri dari norma yang mengekang, sementara “Popular” menyindir obsesi masyarakat terhadap penampilan dan popularitas. Lagu-lagu ini menyampaikan pesan pemberdayaan yang relevan, terutama bagi anak-anak perempuan, dengan cara yang menyentuh hati dan menghibur.

Namun, tidak semua aspek film ini ideal untuk anak-anak. Alur cerita yang kompleks dan durasi panjang mungkin membingungkan atau membosankan bagi penonton muda. Orang tua disarankan mendampingi untuk menjelaskan tema-tema mendalam, seperti keberanian menjadi diri sendiri dan melawan prasangka.

Baca juga : Review Film Wicked: Kisah Penyihir yang Mengubah Persepsi

Refleksi Nilai Sosial

Sebagai tontonan, Wicked berhasil mengajak penonton untuk mempertanyakan bias sosial dan standar kecantikan. Elphaba, meski dianggap “tidak normal,” membuktikan bahwa kekuatan sejati datang dari keberanian dan empati. Dengan demikian, Wicked bukan hanya film musikal, tetapi juga refleksi tentang nilai kemanusiaan.

Bagi penggemar musikal atau mereka yang mencari hiburan bermakna, Wicked adalah pilihan yang layak diapresiasi. Meski menghadirkan tantangan bagi penonton muda, film ini tetap menjadi karya berkelas yang menyentuh hati, menggugah pikiran, dan memperluas pemahaman tentang isu-isu sosial dalam balutan cerita fantasi. (acs)