MUI Jombang Tolak Rencana Libur Sekolah Selama Ramadan

MUI Jombang Tolak Rencana Libur Sekolah Selama Ramadan (Media Suaragong)

MUI Jombang Tolak Rencana Libur Sekolah Selama Ramadan (Media Suaragong)

Share

SUARAGONG.COM – Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Jombang menanggapi wacana dari Kementerian Agama (Kemenag) yang berencana untuk meliburkan sekolah selama bulan Ramadan. MUI menegaskan penolakannya terhadap kebijakan tersebut, dengan alasan bahwa meliburkan sekolah sebulan penuh akan membawa dampak buruk bagi perkembangan anak-anak.

Wakil Ketua MUI Jombang, KH Ahmad Junaidi Hidayat, mengungkapkan bahwa jika kebijakan ini dilaksanakan, dikhawatirkan anak-anak akan lebih banyak menghabiskan waktu dengan bermain gadget yang justru bisa menurunkan kualitas pendidikan. Selain itu, Junaidi juga menilai bahwa Ramadan harus dimanfaatkan sebagai waktu untuk belajar lebih banyak dan meningkatkan kegiatan pendidikan, bukan malah berlibur.

“Kalimatnya jangan libur, tetap ada kegiatan yang dialihkan. Seperti pondok Ramadan, pesantren Ramadan. Atau pesantren kilat,” ujar KH Ahmad Junaidi saat ditemui wartawan di Ponpes Aqobah Internasional School (AIS) di Desa Jombok, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang, pada Selasa (7/1/2025).

Menurutnya, meliburkan sekolah selama satu bulan penuh bisa menimbulkan dampak yang jauh lebih besar. Terutama terhadap anak-anak yang berada di usia sekolah. Sebagai pengasuh pondok pesantren, ia juga menegaskan bahwa aktivitas pendidikan selama Ramadan seharusnya tetap berjalan. Namun disesuaikan dengan nuansa bulan suci ini.

Baca juga: Kanwil Kemenkum Jatim Resmikan Klinik Kekayaan Intelektual di Ponpes Tebuireng Jombang

Tanggapan Rektor Universitas Darul Ulum

Tanggapan senada juga disampaikan oleh Rektor Universitas Darul Ulum Rejoso, KH Zulfikar As’ad, yang juga merupakan Pengasuh Pesantren Tinggi Darul Ulum. Ia meminta agar kebijakan tersebut dipertimbangkan kembali dengan lebih matang. Menurut Gus Ufik, panggilan akrabnya, keputusan tersebut membutuhkan kajian yang lebih dalam agar tidak menimbulkan dampak negatif di kemudian hari.

“Ini agar dipertimbangkan betul secara matang, apalagi ada istilah libur. Jadi, perlu pertimbangan khusus,” ujar Gus Ufik.

Ia menambahkan bahwa di pesantren, Bulan Ramadan tetap dijalani dengan aktivitas pendidikan yang sesuai, sehingga tidak ada istilah libur.

Gus Ufik juga menekankan pentingnya mempertimbangkan kepentingan seluruh pihak. Tidak hanya umat Islam, tetapi juga masyarakat yang beragam agama. Ia menilai bahwa jika kegiatan dialihkan ke nuansa Ramadan, tetap harus ada kegiatan yang bermanfaat bagi semua pihak, tanpa mengorbankan pendidikan.

Sebelumnya, Kemenag memang mengeluarkan rencana untuk meliburkan sekolah-sekolah selama Ramadan. Namun, keputusan tersebut masih dalam tahap kajian dan belum final. Pro-kontra terkait wacana ini semakin berkembang. Termasuk dari pihak MUI Jombang yang meminta agar rencana tersebut dikaji lebih lanjut sebelum dilaksanakan. (rfr)

 

Baca Berita Terupdate lainnya melalui google news