SUARAGONG.COM – Pangeran Hisahito, pewaris kedua Takhta Krisan, resmi menjalani upacara kedewasaan pada Sabtu (30/8). Peristiwa ini menandai tonggak penting dalam sejarah Kekaisaran Jepang, karena ia menjadi anggota laki-laki pertama keluarga kekaisaran yang melewati ritual serupa dalam lebih dari empat dekade terakhir.
Pewaris Kedua, Pangeran Hisahito Jalani Upacara Kedewasaan
Hisahito sebenarnya telah genap berusia 18 tahun pada September 2024 lalu. Namun, upacara kedewasaannya sengaja ditunda setahun untuk memberi ruang bagi persiapan ujian masuk universitas. Saat ini, ia menempuh pendidikan di Universitas Tsukuba, dengan fokus studi pada ilmu serangga di Sekolah Ilmu Hayati dan Lingkungan.
Dalam prosesi resmi yang dihadiri Kaisar Naruhito, Permaisuri Masako, serta kedua orang tuanya, Putra Mahkota Fumihito dan Putri Kiko, Pangeran Hisahito menerima mahkota dewasa sebagai simbol status barunya. Mengenakan busana upacara tradisional, ia juga berziarah ke tempat suci istana untuk menghormati para leluhur kekaisaran.
Baca Juga :Gaes !!! Putri Yuriko Mikasa, Anggota Tertua Kekaisaran Jepang, Wafat di Usia 101 Tahun
Anugerah Kepada Hisahito
Sebagai bagian dari status kedewasaannya, Hisahito akan dianugerahi Grand Cordon dari Ordo Krisan Tertinggi dan mulai menjalankan tugas-tugas resmi. Agenda yang sudah dijadwalkan di antaranya audiensi dengan Kaisar dan Permaisuri, serta kunjungan kepada kakek-neneknya, mantan Kaisar Akihito dan mantan Permaisuri Michiko.
Namun, di balik perayaan tersebut, muncul kembali sorotan pada krisis suksesi Kekaisaran Jepang. Berdasarkan Hukum Rumah Tangga Kekaisaran 1947, hanya laki-laki dalam garis keturunan kaisar yang berhak menduduki takhta. Dengan kondisi itu, Pangeran Hisahito menjadi satu-satunya pewaris laki-laki di generasinya.
Selain dirinya, pewaris sah takhta saat ini hanya tersisa ayahandanya, Putra Mahkota Fumihito (59), serta pamannya, Pangeran Hitachi (89). Situasi ini memicu kekhawatiran akan keberlanjutan monarki tertua di dunia, terutama karena anggota perempuan keluarga kekaisaran kehilangan status kerajaan mereka setelah menikah dengan warga biasa.
Upacara kedewasaan Pangeran Hisahito tidak hanya menjadi penanda babak baru dalam kehidupannya, tetapi juga simbol keberlanjutan tradisi kekaisaran Jepang di tengah tantangan modern dan krisis suksesi yang belum menemukan jalan keluar. (Aye)