SUARAGONG.COM – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Probolinggo terus memperkuat komitmennya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang bekerja di sektor industri hasil tembakau. Melalui Dinas Sosial (Dinsos), Pemkab menyalurkan Bantuan Langsung Tunai Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (BLT-DBHCHT) kepada ribuan buruh pabrik rokok serta kelompok masyarakat lain yang terlibat di sektor ini.
Pemkab Probolinggo Tegaskan Komitmen Kesejahteraan Buruh Lewat BLT DBHCHT
Penyerahan secara simbolis BLT DBHCHT bagi buruh pabrik dilakukan langsung oleh Bupati Probolinggo, dr. Mohammad Haris atau Gus Haris, di PT HM Sampoerna Tbk SKT Plant Kraksaan pada Rabu (29/10/2025). Kegiatan ini menjadi wujud nyata sinergi antara pemerintah daerah, pelaku industri, dan masyarakat untuk memperkuat perekonomian lokal.
Turut hadir dalam kegiatan tersebut Kapolres Probolinggo AKBP M. Wahyudin Latif, Kepala Kejaksaan Negeri Kabupaten Probolinggo Ahmad Nuril Alam, Ketua Komisi IV DPRD Ning Ayu Nofita Rahmawati, Kepala PT Pos Indonesia Cabang Probolinggo Robiatul Adawiyah, serta Manager Hubungan Regional dan Berkelanjutan PT HM Sampoerna, Kukuh Dwi Kristianto. Sejumlah pejabat Pemkab Probolinggo dan jajaran manajemen PT HM Sampoerna Tbk SKT Plant Kraksaan juga mendampingi kegiatan tersebut.
Dalam kesempatan itu, Bupati bersama Forkopimda dan manajemen PT HM Sampoerna turut meninjau langsung proses pembagian BLT di area produksi, melihat fasilitas pabrik, dan menyapa para pekerja SKT yang sedang beraktivitas.
Baca Juga : Petani Probolinggo Sulap Limbah Rumah Tangga Jadi Pupuk Organik Cair
16.193 Penerima Manfaat BLT DBHCHT
Kepala Dinsos Kabupaten Probolinggo, Rachmad Hidayanto, menjelaskan bahwa BLT DBHCHT tahun ini diberikan kepada 16.193 penerima manfaat. Masing-masing penerima mendapatkan bantuan sebesar Rp1.384.000 yang disalurkan satu kali dalam tahun 2025. Total dana yang dialokasikan melalui skema DBHCHT mencapai Rp22.966.386.200.
“Penerima manfaat berasal dari tiga kelompok utama, yaitu buruh tani tembakau sebanyak 9.254 orang, buruh pabrik rokok 6.165 orang, serta 774 penerima dari kategori masyarakat lainnya yang masih berkaitan dengan sektor industri hasil tembakau,” ujarnya.
Kelompok masyarakat lainnya meliputi penyandang disabilitas kurang mampu, anak terlantar dalam penanganan lembaga kesejahteraan sosial anak (LKSA), pekerja pabrik rokok non-buruh, petani dan buruh tani cengkeh, ODHA non-bansos, serta keluarga berisiko stunting non-bansos.
“Diharapkan dengan penyaluran BLT DBHCHT ini dapat membantu meringankan beban pengeluaran penerima manfaat dan pemanfaatannya tepat sasaran,” tambahnya.
Baca Juga : Gubernur Khofifah Salurkan Bantuan Rp6,37 Miliar di Pamekasan
Dukungan Pemerintah untuk Buruh dan Sektor Industri
Dalam sambutannya, Bupati Probolinggo dr. Mohammad Haris menyampaikan apresiasi tinggi kepada PT HM Sampoerna yang selama ini berperan besar dalam mendukung perekonomian daerah. Ia menilai sektor Sigaret Kretek Tangan (SKT) memiliki kontribusi signifikan dalam membuka lapangan pekerjaan, terutama bagi kaum perempuan di Kabupaten Probolinggo.
“PT HM Sampoerna kira-kira sudah 112 tahun beroperasi. Untuk fasilitas SKT di Kraksaan sendiri telah 13 tahun berjalan dan terus memberikan kontribusi luar biasa dalam penyerapan tenaga kerja,” katanya.
Kabupaten Probolinggo, lanjut Gus Haris, merupakan daerah penghasil tembakau terbesar kedua di Jawa Timur. Kondisi ini menjadikan daerahnya memiliki potensi besar dalam mendukung pertumbuhan industri hasil tembakau nasional.
“Namun demikian, besaran alokasi DBHCHT untuk Kabupaten Probolinggo masih tertinggal dibanding wilayah lain, terutama Pasuruan. Tembakau kita yang diproduksi besar, tapi penerimaan DBHCHT lebih banyak dinikmati daerah yang memiliki lebih banyak pabrik,” tegasnya.
Terkait pemberian BLT DBHCHT, Gus Haris menegaskan bahwa bantuan ini bukan bentuk hadiah dari pemerintah, melainkan hak pekerja yang dikembalikan kepada mereka.
“Saya berharap Rp1.384.000 ini dimanfaatkan dengan bijak untuk kebutuhan penting keluarga,” pesannya.
Bupati juga memberikan apresiasi khusus kepada para tenaga kerja perempuan di sektor SKT yang turut menopang perekonomian keluarga.
“Tidak hanya suami yang mencari nafkah, para ibu juga berkontribusi besar melalui keterampilan melinting rokok,” tambahnya.
Komitmen Sampoerna terhadap Kesejahteraan Pekerja
Sementara itu, Manager Hubungan Regional dan Berkelanjutan PT HM Sampoerna, Kukuh Dwi Kristianto, menyambut baik dukungan pemerintah terhadap keberlangsungan industri hasil tembakau nasional. Ia menekankan bahwa sektor SKT merupakan industri padat karya yang memiliki peran vital dalam menyerap tenaga kerja.
“Kami sangat mengapresiasi perhatian Pemerintah Kabupaten Probolinggo kepada industri tembakau. Dukungan ini merupakan dorongan besar bagi keberlanjutan usaha. Terutama SKT yang memiliki peran vital dalam perekonomian,” ujarnya.
Kukuh menjelaskan bahwa Sampoerna bersama 43 mitra produksinya mempekerjakan lebih dari 90.000 tenaga kerja di Indonesia. Di mana 90 persennya merupakan pelinting rokok SKT. Di Kabupaten Probolinggo sendiri, lebih dari 3.400 pekerja menggantungkan penghasilan di pabrik SKT Kraksaan.
“Mayoritas pekerja kami adalah perempuan yang mampu meningkatkan ekonomi keluarga. Bahkan menyekolahkan anak-anak hingga perguruan tinggi,” tuturnya.
Selain itu, Sampoerna juga berkomitmen memenuhi hak-hak pekerja dan mendukung pemberdayaan keluarga mereka. Dengan melalui berbagai program pelatihan dan wirausaha.
“Kami berharap sinergi yang sudah terbangun kuat ini terus berlanjut. Sehingga dapat menciptakan efek berganda bagi masyarakat luas,” pungkasnya.
Penyaluran BLT DBHCHT ini tidak hanya menjadi bukti perhatian Pemkab Probolinggo terhadap kesejahteraan pekerja. Tetapi juga menegaskan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat. Bersama-sama menjaga keberlanjutan industri tembakau yang berkontribusi besar terhadap ekonomi daerah.(Aye/sg)