Gaes !!! Sejarah Hari Raya Galungan, Simbol Kemenangan Dharma Melawan Adharma

Share

SUARAGONG.COM Hari Raya Galungan adalah salah satu perayaan penting bagi umat Hindu, khususnya di Bali. Galungan dirayakan setiap 210 hari berdasarkan kalender Pawukon, jatuh pada hari Budha Kliwon Dungulan. Perayaan ini merupakan simbol kemenangan Dharma (kebenaran) atas Adharma (kejahatan) yang menandakan kebangkitan spiritual serta kekuatan batin dalam melawan godaan duniawi. Berikut akan kami jabarkan penjelasan asal usul dan sejarah hari raya galungan.

Asal Usul Galungan

Secara etimologis, kata Galungan berasal dari bahasa Jawa Kuno yang berarti “bertarung” atau “melawan”. Menurut tradisi Hindu di Bali, Galungan dipercaya sebagai hari ketika para dewa dan leluhur turun ke bumi untuk memberkati manusia, sementara makhluk-makhluk jahat mencoba menggoyahkan iman dan keteguhan hati mereka. Oleh karena itu, Galungan adalah perayaan yang mengingatkan manusia untuk tetap teguh dalam kebaikan dan keadilan.

Legenda di Balik Galungan

Salah satu legenda yang berhubungan dengan Galungan adalah kisah Raja Mayadenawa, seorang penguasa sakti namun jahat yang menolak menyembah dewa-dewa dan membuat rakyatnya tersesat. Dewa Indra akhirnya turun untuk mengalahkannya dan mengembalikan ajaran kebenaran. Kemenangan Dewa Indra atas Mayadenawa dianggap sebagai simbol kemenangan Dharma atas Adharma, yang menjadi inti perayaan Galungan.

Galungan mengajarkan umat Hindu untuk senantiasa mengingat perjuangan batin melawan godaan buruk. Perayaan ini juga menjadi momen untuk introspeksi diri, memperkuat hubungan spiritual, serta berdoa agar selalu berada di jalan yang benar. Oleh karena itu, Galungan tidak hanya bersifat ritualistik, tetapi juga menyiratkan nilai-nilai moral yang mendalam.

Baca juga : Ternyata Ada Lho, Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia! Simak Sejarahnya!

Tradisi dan Perayaan

Persiapan Galungan biasanya dimulai beberapa hari sebelumnya, dengan rangkaian upacara seperti Penampahan yang dilaksanakan sehari sebelum Galungan. Pada hari ini, umat Hindu Bali memotong babi sebagai lambang pengorbanan. Selain itu, mereka juga membuat penjor, yaitu bambu hias yang dipasang di depan rumah sebagai simbol kemakmuran dan persembahan kepada para dewa.

Pada hari Galungan, umat Hindu bersembahyang di pura dan rumah masing-masing, memohon berkah, dan menghormati leluhur. Suasana di Bali pada hari ini sangat meriah, dengan berbagai upacara dan aktivitas keagamaan yang berlangsung di seluruh pelosok pulau.

Itulah uraian dari kami tentang asal usul hingga sejarah Hari Raya Galungan yang diperingati pada tanggal 25 September 2024. Hari Raya Galungan bukan hanya sekadar perayaan agama, melainkan juga momentum refleksi spiritual bagi umat Hindu untuk terus menguatkan diri dalam menjalani hidup yang penuh tantangan. Dengan merayakan Galungan, umat Hindu Bali memperbaharui komitmen mereka untuk menjaga kebenaran, kebajikan, dan kedamaian di tengah dunia yang sarat dengan godaan adharma. (acs)