SUARAGONG.COM – Sentra Penyediaan dan Pengolahan Gizi (SPPG) Kromengan di Jatikerto resmi beroperasi sejak Agustus 2025. Kepala SPPG Kromengan, Alfin Fikri Rizaldi, mengungkapkan bahwa dapur gizi ini mulai digarap sejak Februari dan kini melayani sekitar 3.420 paket Makan Bergizi Gratis (MBG) setiap harinya, yang didistribusikan ke 35 sekolah. Jumlah tersebut menjadikan SPPG Kromengan sebagai yang terbanyak melayani sekolah dan siswa di wilayahnya.
SPPG Kromengan Jadi yang Terbanyak Layani Sekolah, Kepala SPPG Tekankan Disiplin SOP
“Dari bangunan, susunan struktural, hingga operasional, semuanya sudah melalui uji coba bertahap. Kini bisa berjalan baik untuk menyukseskan program MBG,” jelas Alfin.
Ia menyebut, rata-rata sekolah di wilayah Kromengan jumlahnya banyak, namun muridnya relatif sedikit. Karena itu, pihaknya rutin melakukan konfirmasi data tiap minggu agar jumlah penerima MBG benar-benar valid. Hal ini juga sebagai antisipasi bila ada acara sekolah yang mengubah kebutuhan paket.
Selain itu, hampir seluruh personel SPPG merupakan tenaga lokal. “Secara keseluruhan, 90 persen personil kami berasal dari Jatikerto, Kabupaten Malang. Ini bagian dari pemberdayaan masyarakat sekitar,” ujarnya.
Baca Juga : Sudah Terbangun 45 SPPG di Kabupaten Malang
Prosedur Operasional
Dalam kesehariannya, SPPG Kromengan menjalankan proses sesuai petunjuk teknis (juknis) pemerintah. Bahan makanan biasanya datang sebelum pukul 11.00 siang, lalu disiapkan sejak pukul 13.00. Meski juknis mengatur dapur berjalan 24 jam secara bergantian, Alvin menyebut pihaknya memilih bekerja maksimal 8 jam per hari. “Kalau dari juknis, dapur bisa jalan terus 24 jam. Tapi di sini jam 9 malam sudah selesai semua,” tegasnya.
Proses produksi makanan dimulai pukul 01.00 dini hari, saat tim pengolahan mulai memasak. Setelah itu, tim pengemasan bekerja pada pukul 03.00, dan tim distribusi datang pukul 05.00. Distribusi paket MBG dilakukan dalam dua sesi, pukul 07.00–08.00 serta pukul 09.00–10.00. Khusus Jumat, seluruh proses maju satu jam agar pekerja bisa pulang lebih awal.
Baca Juga : SPPG Mahardika Mulai Salurkan 1.970 Porsi MBG
Antisipasi Isu Keracunan
Terkait isu keracunan makanan di beberapa daerah yang mencoreng citra SPPG, Alfin menegaskan pentingnya menjaga kualitas dan kebersihan. Menurutnya, kunci utama ada pada kedisiplinan menjalankan SOP.
“Semua personil dibekali edukasi soal higienis, mulai dari penggunaan sarung tangan, jaring kepala, sampai sanitasi dapur. Itu cara kami menghindari kontaminasi,” terangnya.
Ia menambahkan, ketahanan makanan juga diatur ketat. Makanan harus dikonsumsi maksimal empat jam setelah dimasak. Hal ini juga disosialisasikan ke sekolah agar siswa tidak membawa pulang makanan.
Kerja sama lintas sektor pun dilakukan. Pihak puskesmas, dinas kesehatan, hingga instansi terkait dilibatkan untuk memberikan edukasi dan pendampingan, sehingga dapur gizi tidak hanya memasak, tapi juga paham standar hasil makanan sehat dan aman.
“Harapan saya, daerah-daerah terpencil juga bisa segera merasakan manfaat MBG. Semoga ke depan SPPG bisa diperkuat lagi dan mencakup wilayah yang lebih luas di Indonesia,” pungkas Alvin. (Aye/sg)