SUARAGONG.COM – Malang, sebuah kota yang terkenal dengan keindahan alamnya, juga memiliki kekayaan sejarah yang bernilai. Sejarah tersebut dapat dilihat melalui bangunan-bangunan kolonial yang tersebar di beberapa titik kota. Bangunan seperti “Balai Kota”, “Gedung RCE”, dan “Toko Oen” menjadi saksi bisu dari sejarah panjang pemerintahan kolonial Hindia Belanda.
Pandangan Akademisi Prodi Teknik Sipil Polinema Pada Konstruksi Bangunan Kolonial di Malang
Menariknya, sebagai bagian dari upaya pelestarian dan pemeliharaan bangunan bersejarah tersebut, perspektif dari dunia akademik, khususnya yang disampaikan oleh “Bapak Mohamad Zenurianto”, Kepala Jurusan Teknik Sipil Polinema, memberikan pandangan yang lebih mendalam. Khususnya untuk mengenai konstruksi sipil, bahan yang digunakan, serta cara perawatannya.
Bangunan Kolonial di Malang: Saksi Bisu Sejarah Pemerintahan Belanda
Bangunan kolonial di Malang, khususnya **Balai Kota**, **Gedung RCE**, dan **Toko Oen**, bukan hanya sekadar tempat atau bangunan fisik. Mereka adalah bagian integral dari sejarah dan budaya Malang yang berkembang selama era kolonial Hindia Belanda. **Balai Kota** yang dibangun pada masa penjajahan Belanda. Misalnya, merupakan pusat pemerintahan kota yang masih digunakan hingga kini.
Gedung RCE (Regeerings Commissaris der East Indische Compagnie), yang dahulu berfungsi sebagai kantor pusat pemerintahan Karesidenan Malang. Sekaligus juga menjadi ikon penting dalam sejarah kota ini. Di sisi lain, Toko Oen, yang telah beroperasi sejak 1930-an, masih mempertahankan nuansa kolonialnya. Menjadi saksi bisu perkembangan kota ini.
Namun, selain nilai sejarah dan budaya yang dimiliki, bangunan-bangunan ini juga memiliki **ciri khas konstruksi** yang sangat berbeda dengan bangunan modern. Maka dari itu, penting untuk memahami dari sudut pandang konstruksi sipilnya. Mengetahui bagaimana bangunan-bangunan ini dibangun dan bagaimana cara merawatnya agar tetap terjaga.
Bahan Bangunan pada Era Kolonial dan Perkembangannya
Menurut **Bapak Mohamad Zenurianto**, bahan bangunan yang digunakan pada masa kolonial Hindia Belanda memiliki ciri khas tersendiri. Banyak bangunan kolonial di Malang menggunakan **bahan bangunan alami. Antaranya seperti batu bata, batu alam, dan kayu. Bahan ini juga ditemukan pada bangunan-bangunan bersejarah lainnya di Indonesia. Salah satu bahan utama yang digunakan adalah **beton** yang diperkenalkan pada masa itu, meskipun tidak sekompleks material yang digunakan pada bangunan modern.
Pada masa kolonial, teknik konstruksi sering kali memanfaatkan **teknologi yang lebih sederhana** namun sangat efektif. Misalnya, penggunaan batu bata yang diambil dari alam sekitar untuk membuat dinding tebal yang bertahan lama. Dinding yang terbuat dari batu bata atau batu alam sangat baik dalam menahan suhu panas yang dapat memengaruhi kualitas struktur bangunan.
Namun, Zenurianto juga mengingatkan bahwa salah satu tantangan utama dalam mempertahankan bangunan kolonial ini adalah **material yang mudah rusak** akibat cuaca dan waktu. Kayu yang digunakan pada konstruksi jendela dan pintu, misalnya, rentan terhadap kerusakan akibat serangan rayap atau perubahan suhu yang drastis. Oleh karena itu, perlu perhatian khusus dalam merawat dan mengganti bagian-bagian yang sudah rusak.
Konstruksi Tanah: Tantangan yang Dihadapi Bangunan Kolonial
Konstruksi tanah menjadi salah satu faktor penting dalam keberlanjutan bangunan-bangunan kolonial. Zenurianto menjelaskan bahwa banyak bangunan kolonial, termasuk yang ada di Malang, dibangun di atas tanah yang memiliki **kondisi geoteknik tertentu**, seperti tanah yang lunak atau berpasir. Ini membuat fondasi bangunan menjadi elemen penting dalam proses konstruksi.
Pada masa kolonial, konstruksi bangunan sering kali mengandalkan teknik **pondasi dangkal**. Namun, pondasi dangkal ini memiliki kelemahan jika diterapkan pada tanah yang tidak stabil. Sebagian besar bangunan kolonial yang ada di Malang masih menggunakan pondasi jenis ini, yang berpotensi mengalami penurunan seiring berjalannya waktu. Akibatnya, beberapa bangunan tersebut mengalami keretakan atau pergeseran.
Untuk mengatasi masalah ini, **modernisasi konstruksi tanah** sangat penting. Pendekatan saat ini dapat mencakup penggunaan **fondasi dalam** atau perbaikan tanah untuk memperkuat struktur bangunan. Hal ini juga mencakup penggunaan teknologi seperti **geotekstil** atau **grouting** untuk memperbaiki stabilitas tanah dan memperkuat pondasi bangunan kolonial yang ada.
Baca Juga : Teknik Sipil Kembangkan Prodi Mekanika Tanah
Ciri Khas Bangunan dan Aspek Estetikanya
Bangunan kolonial di Malang, seperti **Balai Kota** dan **Gedung RCE**, memiliki **ciri khas arsitektur yang khas**. Desainnya menampilkan **unsur-unsur Eropa** yang diterapkan dengan keunikan lokal. Pada umumnya, bangunan-bangunan ini memiliki **atap tinggi**, **teras besar**, dan **jendela besar dengan bingkai kayu** yang memberikan kesan luas dan terbuka. Selain itu, penggunaan **ornamen** pada fasad bangunan menambah keindahan dan memberikan nuansa artistik.
Menurut Zenurianto, aspek estetika ini membutuhkan perawatan khusus, terutama pada elemen arsitektur yang rapuh. Misalnya, **cat fasad** yang sudah mulai pudar atau bahkan terkelupas karena cuaca panas atau hujan. Untuk menjaga keindahan bangunan kolonial ini, cat harus diterapkan ulang secara teratur, dan struktur bangunan harus dilindungi dari kelembaban yang bisa merusak kayu dan material lainnya.
Cara Merawat Bangunan
Merawat bangunan kolonial membutuhkan pendekatan yang hati-hati dan profesional. Zenurianto menjelaskan bahwa **pemeliharaan rutin** adalah kunci untuk memastikan bangunan tetap kokoh dan aman. Beberapa langkah yang dapat diambil untuk merawat bangunan kolonial, antara lain:
- Pemeriksaan Rutin**: Pemeriksaan berkala terhadap struktur bangunan, terutama fondasi dan dinding, sangat penting untuk mendeteksi keretakan atau masalah lain sejak dini.
- Perawatan Material Kayu**: Kayu yang digunakan pada elemen bangunan, seperti pintu dan jendela, harus diberi perlakuan khusus dengan bahan anti rayap dan pelapis pelindung untuk mencegah kerusakan.
- Penggantian Material yang Rusak**: Material yang sudah tidak dapat dipertahankan, seperti batu bata yang retak atau kayu yang lapuk, perlu diganti dengan material baru yang serupa untuk menjaga keselarasan struktur.
- Perawatan Fasad: Fasad bangunan yang terbuat dari material yang lebih rapuh harus dilindungi dari paparan langsung sinar matahari dan hujan. Selain itu, cat juga harus diperbarui secara berkala untuk menjaga penampilan estetika.
- Penggunaan Teknologi Modern: Teknologi seperti pemetaan **struktur bangunan menggunakan teknologi 3D** atau sistem pemantauan struktural untuk mendeteksi pergerakan atau kerusakan secara dini dapat digunakan untuk merawat bangunan kolonial dengan lebih efektif.
Baca Juga : Mohamad Zenurianto : Prospek Karir Lulusan Teknik Sipil Polinema
Kesimpulan
Bangunan kolonial di Malang, seperti **Balai Kota**, **Gedung RCE**, dan **Toko Oen**, merupakan warisan berharga yang mencerminkan sejarah panjang kota ini. Sebagai akademisi dari **Prodi Teknik Sipil Polinema**, **Bapak Mohamad Zenurianto** memberikan wawasan yang berharga mengenai pentingnya pemahaman konstruksi sipil dan bahan bangunan. Serta perawatan bangunan kolonial yang tepat. Dengan perawatan yang cermat dan penggunaan teknologi modern, bangunan-bangunan bersejarah ini dapat tetap berdiri kokoh. Sekaligus juga menjadi saksi sejarah yang tetap hidup bagi generasi mendatang. (Ind/adv)
Baca Juga Artikel Berita Lain Dari Suaragong di Google News