SURABAYA, SUARAGONG.COM – Anggota DPRD Provinsi Jawa Timur, Fuad Benardi, lagi-lagi menyoroti masalah klasik di tubuh Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) milik Pemprov Jatim kurangnya transparansi laporan keuangan BUMD Jawa Timur.
Menurut Fuad, kinerja BUMD di sektor kesehatan sekarang ini lagi carut-marut banget. Nggak cuma soal laporan keuangan yang nggak pernah terbuka ke publik, tapi juga ada dugaan masalah di bagian produksi karena mesin-mesin yang katanya udah rusak parah.
Hal ini disampaikan Fuad setelah rapat paripurna di DPRD Jatim, Senin (20/10/2025), di Jalan Indrapura, Surabaya. Politisi dari PDI-P itu dengan nada kecewa bilang,
“Kita ini punya 14 rumah sakit di bawah Pemprov, tapi kok koordinasi sama BUMD-nya aja susah banget?”
Dia juga nyindir logika manajemen BUMD yang dianggap nggak jalan.
“Kalau ada permintaan produk dari rumah sakit, mestinya tinggal dikomunikasikan. Tapi ini malah ribet sendiri,” katanya.
Produksi BUMD Kasa Husada Bhakti Terkendala Mesin Rusak
Fuad, yang juga pernah jadi pengusaha, ngelihat masalah di BUMD ini bukan cuma soal komunikasi doang, tapi juga dari tata kelola bisnis yang berantakan.
“Kelihatannya sistem bisnisnya itu gak bagus-bagus amat, malah banyak masalah,” ujarnya.
Lebih parahnya lagi, BUMD ini katanya nggak pernah ngasih laporan keuangan meskipun udah diminta berkali-kali dan transparansi laporan keuangan BUMD Jawa Timur.
“Mereka cuma lapor keluhan aja, tapi laporan keuangan? Nggak pernah kelihatan batang hidungnya,” tegas Fuad.
Selain itu, ada juga isu soal mesin produksi yang udah rusak dan kadaluarsa. Akibatnya, produk yang dihasilkan jadi jauh dari kualitas yang diminta rumah sakit.
“Bahkan ada rumah sakit yang ngeluh karena produknya jelek,” sambungnya.
Fuad juga heran kenapa manajemen nggak ambil langkah konkret.
“Kalau mesinnya rusak, kenapa nggak kerja sama aja sama pihak swasta? Kan BUMD punya wewenang buat KSO (Kerja Sama Operasi),” ujarnya.
Baca juga: Komisi C DPRD Jatim Sampaikan Laporan Raperda BUMD
Harapan untuk Perbaikan Manajemen dan Keterbukaan Informasi
Gak cuma mengkritik, Fuad juga kasih solusi. Dia nyaranin supaya BUMD bisa cari pinjaman ke lembaga keuangan kayak Bank Jatim atau BPR buat beli mesin baru. Dengan begitu, produksi bisa lanjut, kualitas tetap terjaga, dan perusahaan tetap bisa ngasih untung.
“Kalau untungnya stabil, kan bisa nyumbang ke PAD (Pendapatan Asli Daerah) dan tetap gaji karyawan. Jadi semuanya win-win,” kata Fuad.
Tapi ternyata bukan cuma BUMD yang tertutup. Fuad juga bilang, Komisi C DPRD sendiri susah dapat info transparan dari biro perekonomian. Meski begitu, dia masih optimis.
“Harapannya sih, dengan pemimpin baru nanti, BUMD bisa lebih terbuka dan profesional. Potensinya gede banget, sayang kalau dikelola asal-asalan,” tutupnya. (wahyu/dny)