SUARAGONG.COM – Donald Trump berhasil desak Kolombia jadi tujuan deportasi imigran ilegal usai “drama” dengan Presiden Kolombia berhaluan kiri, Gustavo Petro.
Dalam konflik tersebut Gustavo Petro yang semula mengancam Trump untuk menolak Kolombia menjadi tempat tujuan deportasi imigran gelap dari AS menjadi ciut usai Trump mengancam balik kepada Kolombia berupa kenaikan tarif ekspor dan impor yang berat.
Baca Juga: Elon Musk Dikecam karena Salute Tangan yang Dianggap Mengingatkan pada Gestur Nazi
Awal Mula Konflik Gustavo Petro dan Donald Trump
Apa sih yang terjadi antara Kolombia dan Amerika Serikat baru-baru ini? Mari kita kembali pada background pemimpin kedua negara itu saat ini.
Gustavo Petro: Presiden Kiri Kolombia, Mantan Pemberontak Komunis
Gustavo Petro merupakan presiden Kolombia sejak 2021 yang merupakan mantan pemberontak Komunis Kolombia atau FARC.
Ia terpilih menjadi presiden pertama Kolombia di era modern yang ateis dan cenderung berhaluan kiri di negara dengan penduduk mayoritas Katolik itu.
Terpilihnya Gustavo membuat banyak golongan liberal senang, sementara golongan kanan merasa terancam dengan terpilihnya mantan gerilyawan komunis ini.
Sebagai presiden berhaluan kiri, tentunya ia mengarahkan Kolombia sedikit “menjauh” dari AS. Hal tersebut termasuk dengan baru-baru ini menolak program Amerika Serikat.
Dimana Donald Trump untuk memulangkan imigran gelap dari Kolombia yang masuk ke AS kembali ke negara itu.
Donald Trump: Presiden Republikan, Anti Imigran Gelap
Donald Trump sendiri adalah konglomerat Amerika Serikat sekalius politikus Partai Republik yang berhaluan kanan. Partai Republik sendiri menginginkan proteksionisme Amerika Serikat dari imigran gelap.
Tentunya dengan politik AS yang makin ke kanan dibawah Donald Trump dan Kolombia yang makin ke kiri dibawah Gustavo Petro, konflik dan hubungan antara kedua negara ini diprediksi akan kurang baik selama beberapa tahun kedepan.
Petro Mengancam Duluan
Gustavo Petro melalui narasinya yang retorik tentang kapitalisme AS dibawah Donald Trump saat ini. Ia menolak untuk memberikan tempat bagi imigran gelap asal Kolombia yang dipulangkan oleh AS.
Petro juga menginginkan AS untuk membayar tarif ekspor dan izin usaha di Kolombia lebih mahal jika Trump masih bersikeras akan memulangkan imigran gelap ini ke negara asalnya itu.
Donald Trump Ancam Balik Hingga Petro Ciut Nyalinya
Mengetahui respon presiden kolombia itu, Trump langsung mengancam balik dengan akan membuat peraturan tarif bagi barang-barang asal Kolombia yang masuk akan naik hingga lebih dari 50 persen.
Hal tersebut membuat pembuat kebijakan luar negeri Kolombia kalang kabut. Sehingga Gustavo Petro langsung menarik pernyataan penolakannya tersebut.
Ironisnya, ia juga memohon agar AS menurunkan tarif masuk barang dari Kolombia ke AS.
Win-Win Solution, Tapi Petro Dipermalukan Trump
Dengan Trump berhasil desak Kolombia jadi tujuan deportasi, baik AS maupun Kolombia saat ini mencapai win-win solution atau impas. Meskipun begitu, Petro dipermalukan publik Kolombia dan internasional, terutama dari golongan kanan yang anti komunis dan pro-Katolik.
Hal tersebut karena langkah Petro yang terlanjur “koar-koar” duluan. Namun, saat Trump balik mengancam, Petro malah menarik statement-nya dan memohon agar AS tidak “menghukum” Kolombia dengan tarif barang masuk yang berat. (PGN)
Baca Juga Artikel Berita Terbaru Lainnya Dari Suaragong di Google News