Trump Umumkan Tarif Hampir 100% untuk Chip Impor

Donald Trump umumkan Rencana Tarif 100 Persen ke chip dan semikonduktor impor (ABC News)

Share

SUARAGONG.COM – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali mengguncang dunia teknologi dengan mengumumkan rencana penerapan tarif hampir 100% atas chip dan semikonduktor impor. Langkah ini disebut sebagai strategi agresif untuk memaksa perusahaan teknologi global memindahkan atau membangun fasilitas produksinya di dalam negeri.

Presiden AS Donald Trump Umumkan Tarif 100% Untuk Chip Impor 

Kebijakan tersebut secara khusus menyasar perusahaan yang tidak memiliki komitmen produksi di AS. Sebaliknya, perusahaan yang mau menanamkan modal atau memperluas kapasitas produksi domestik akan dibebaskan dari beban tarif. Contohnya, Apple baru-baru ini mengumumkan tambahan investasi senilai US$100 miliar, sehingga total komitmennya mencapai US$600 miliar dalam empat tahun. Langkah ini diperkirakan membuat Apple lolos dari jeratan tarif.

Baca JugaTrump Menggila Lagi! Siap Tambah Tarif Impor Mobil

Produsen Chip Ketar-Ketir

Tidak hanya Apple, produsen chip besar seperti Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC) yang sedang membangun fasilitas di Arizona juga berpotensi mendapatkan pengecualian. Raksasa memori seperti SK Hynix dan Samsung Electronics pun disebut akan bebas tarif jika memproduksi di wilayah AS. Dampak langsungnya terasa di pasar saham: Apple melonjak sekitar 5% saat pengumuman, lalu bertambah lagi 3% di perdagangan after-hours. Perusahaan chip lain seperti Nvidia, Intel, AMD, dan GlobalFoundries juga mencatatkan kenaikan meski pasar tetap berfluktuasi.

Fenomena ini memunculkan kembali istilah “TACO” atau Trump Always Chickens Out, yakni anggapan bahwa ancaman tarif keras kerap tidak sepenuhnya direalisasikan. Meski demikian, para analis menilai ancaman kali ini cukup serius karena disertai tawaran insentif investasi yang konkret.

Lonjakan Harga Produk

Namun, sejumlah ekonom memperingatkan risiko dari kebijakan ini. Tarif yang tidak diarahkan secara tepat berpotensi meningkatkan biaya produksi teknologi dan elektronik di AS, yang pada akhirnya dibebankan kepada konsumen. Peningkatan harga chip dapat memicu lonjakan harga pada produk akhir, mulai dari mobil, smartphone, hingga perangkat rumah tangga pintar.

Trump memanfaatkan Section 232 dari Undang-Undang Perluasan Perdagangan 1962 untuk membenarkan langkahnya dengan alasan keamanan nasional. Meski begitu, preseden hukum menunjukkan bahwa kebijakan serupa sebelumnya pernah dibatalkan pengadilan karena dinilai berlebihan. Hal ini membuat masa depan kebijakan tarif ini masih penuh tanda tanya.

Di sisi lain, insentif untuk produsen seperti Apple, Nvidia, dan TSMC menunjukkan strategi ini bisa menjadi pendorong nyata bagi manufaktur dalam negeri. Akan tetapi, detail implementasinya belum jelas, termasuk batas minimum produksi domestik untuk mendapatkan pengecualian, durasi pembebasan tarif, dan tanggal efektif kebijakan.

Banyak pelaku industri kini menunggu kejelasan lebih lanjut dari pemerintahan Trump. Sembari menimbang langkah strategis untuk mengamankan posisi mereka di pasar AS yang bernilai triliunan dolar. (Aye/sg)