Malang, Suaragong – Pada masa Hindia Belanda Freemason disebut dengan Vrijmetselarij (bahasa Belanda) beranggotakan kaum elit yang yang cenderung eksklusif yang mempunyai semboyan liberty, egality, dan fraternity.
Organisasi ini selalu dihubungkan dengan konspirasi, iluminati dan organisasi gelap. Dikenal sebagai organisasi rahasia karena sifatnya yang sangat tertutup. Anggotanya merupakan orang-orang penting dengan strata tinggi; seperti ilmuwan, pengusaha dokter, insinyur bahkan presiden. Nampak pada suatu makan berlokasi Sukun bertulis nama Eyken tersebut juga berdampingan oleh sang istri yang tak diketahui asal usulnya.
Namun, yang terlihat hanya gambar berbentuk daun accacia yang melambangkan immortality of soul, yakni salah satu simbol yang hadir di kalangan Freemasonry. Akan tetapi Freemason hingga saat ini masih tetap hidup secara rahasia, khususnya di Malang.
Peninggalan dari kelompok Freemason masih dapat disaksikan berupa hotel the Shalimar yang dahulu merupakan hotel Graha Cakra di jalan Cerme nomor 16. Pada awal pendiriannya, gedung ini merupakan loge atau loji yang dibangun untuk komunitas Freemason tersebut. Gedung ini dirancang oleh Ir. Mulder dan pertama diresmikan pada tahun 1933.
Ir. Mulder menggunakan gaya arsitektur Niewe Bowen pada bangunan ini. Ciri utama dari arsitektur jenis ini adalah bangunan berbentuk kubus dan memiliki atap yang lurus dan merupakan tren yang sedang banyak digemari dan digunakan pada saat itu. Di kota Malang sendiri, gaya ini juga digunakan pada beberapa bangunan yang masih ada hingga saat ini. Bahkan lambang terompet dan labirin terdapat di beberapa kitab freemason sebagai lambang. ( ind/man)