14 Orang Tewas dalam Konflik Bersenjata Thailand-Kamboja
Share

SUARAGONG.COM – Lebih dari 100.000 warga terpaksa mengungsi akibat eskalasi konflik bersenjata di perbatasan Thailand-Kamboja, yang hingga Jumat (25/7/2025) telah menewaskan sedikitnya 14 orang. Pertempuran intens ini disebut sebagai yang paling mematikan dalam satu dekade terakhir antara kedua negara bertetangga di Asia Tenggara.
Ribuan Warga Dievakuasi, 14 Orang Tewas dalam Konflik Bersenjata Thailand-Kamboja
Menurut laporan Thai Enquirer yang dikutip Anadolu Agency, Kementerian Kesehatan Thailand mengonfirmasi bahwa 14 warga Thailand telah meninggal dunia, termasuk seorang anak-anak dan seorang tentara. Serangan roket dan artileri yang diluncurkan dari wilayah Kamboja menghantam permukiman sipil, menyebabkan puluhan lainnya luka-luka.
Selain 14 korban jiwa, setidaknya 32 warga sipil mengalami luka, tujuh di antaranya dalam kondisi kritis. Sebanyak 14 personel militer Thailand juga terluka, dengan enam di antaranya mengalami cedera serius.
Situasi Berangsur Tenang, Seruan Gencatan Senjata Menguat
Ketegangan yang sempat memanas mulai mereda setelah Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, melakukan pembicaraan terpisah dengan PM Thailand Phumtham Wechayachai dan PM Kamboja Hun Manet. Dalam pernyataannya, Anwar menyebut kedua pihak menunjukkan “sinyal positif” untuk menghentikan kekerasan dan membuka jalan menuju gencatan senjata.
Meski begitu, suasana di lapangan masih rentan. Di sisi Kamboja, militer mengklaim masih menguasai beberapa area strategis seperti Kuil Ta Moan Thom, Kuil Ta Krabey, dan wilayah Mom Tei. Sementara itu, pihak Thailand mengklaim telah menghancurkan dua tank Kamboja dan merebut kembali area di sekitar Kuil Preah Vihear.
Baca Juga :Konflik India-Pakistan Timbulkan Polarisasi Baru Bagi Publik Global
Kuil Warisan Dunia Rusak, Kamboja Minta PBB Turun Tangan
Dalam pernyataan resmi, Kementerian Informasi Kamboja menuduh jet tempur F-16 milik Thailand menyebabkan kerusakan pada situs warisan dunia UNESCO, Kuil Preah Vihear. Hal ini makin memperkeruh hubungan diplomatik yang kini berada di titik terendah sejak konflik meletus pada akhir Mei lalu.
“Kamboja selalu berkomitmen pada resolusi damai, tetapi kali ini kami tidak punya pilihan selain merespons agresi militer,” tegas PM Hun Manet, seraya menyerukan campur tangan Dewan Keamanan PBB atas apa yang disebutnya sebagai “agresi terencana oleh Thailand.”
Di sisi lain, PM Thailand Phumtham menegaskan bahwa negaranya belum menyatakan perang terhadap Kamboja. “Yang terjadi saat ini adalah bentrokan bersenjata. Kami ingin menghentikan konflik ini sebelum memulai dialog bilateral,” ujarnya.
Baca Juga :Israel Bombardir Gedung Siaran IRIB Iran saat Live
Sengketa Lama, Dampak Nyata
Wilayah perbatasan di sekitar Kuil Preah Vihear dan Ta Moan Thom telah lama menjadi titik panas konflik, terutama di Provinsi Preah Vihear (Kamboja) dan Ubon Ratchathani (Thailand). Ketegangan terbaru meletus sejak 28 Mei lalu, setelah bentrokan di garis perbatasan menewaskan satu tentara Kamboja.
Saat ini, kedua negara telah menutup sekolah-sekolah di wilayah perbatasan. Pengungsian warga terjadi di kedua sisi perbatasan. Krisis kemanusiaan pun menjadi ancaman nyata apabila konflik tidak segera diredakan. (Aye/sg)