Type to search

Peristiwa

2,1 Juta Warga Gaza di Ambang Kelaparan

Share
Setelah 19 bulan perang tanpa henti, lebih dari 2,1 juta orang di wilayah Gaza Palestina itu kini berada di ambang kelaparan parah

SUARAGONG.COM – Gaza kini menghadapi titik nadir kemanusiaan. Setelah 19 bulan perang tanpa henti, lebih dari 2,1 juta orang di Gaza wilayah kantong Palestina itu kini berada di ambang kelaparan parah. Laporan terbaru dari IPC (Integrated Food Security Phase Classification) menyatakan bahwa 93 persen populasi Gaza, atau sekitar 1,95 juta orang, sudah berada dalam kondisi “krisis pangan atau lebih buruk”. Bahkan, 244 ribu di antaranya telah mencapai level bencana kelaparan (Fase 5).

Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) pada Senin (11/5) menyampaikan peringatan keras soal krisis ini. Direktur Jenderal FAO Qu Dongyu menegaskan bahwa blokade bantuan kemanusiaan oleh Israel menjadi penyebab utama melonjaknya angka penderita kelaparan ekstrem di Gaza.

“Setiap penundaan memperdalam kelaparan dan mempercepat kematian,” ujar Dongyu seperti dikutip dari Anadolu Agency, Selasa (13/5/2025).

“Komunitas internasional harus bertindak sekarang.”

Pertanian Hancur, Peternakan Lumpuh, Bantuan Tak Masuk

FAO mencatat bahwa sebelum perang berkecamuk, sekitar 42% lahan di Gaza digunakan untuk pertanian. Tapi kini, berdasarkan analisis gabungan FAO dan UNOSAT, 75% ladang dan kebun buah telah rusak, lebih dari dua pertiga dari 1.531 sumur pertanian tak lagi bisa digunakan, dan produksi peternakan hampir sepenuhnya lumpuh.

Tanpa pasokan pakan dan layanan veteriner, peternak kehilangan sumber pangan penting, dan hewan yang sakit berisiko menyebarkan penyakit ke populasi yang sudah rentan.

Kelaparan Sebagai Senjata Perang?

Sejak 2 Maret 2025, Israel secara total menutup penyeberangan ke Gaza. Tidak ada makanan, obat-obatan, atau bantuan kemanusiaan yang bisa masuk. Serangan udara dan operasi militer darat terus berlanjut, menghancurkan sebagian besar infrastruktur vital Gaza, termasuk kapasitas produksi pangannya.

Menurut analis International Crisis Group, Chris Newton, strategi ini bukan kebetulan. “Pemerintah Israel sengaja membuat Gaza kelaparan sebagai bagian dari upaya menghancurkan Hamas dan mengubah wajah Jalur Gaza,” katanya.

Jatah Makan dari Dapur Umum, Itu Pun Tak Cukup

Saat ini, dapur umum jadi satu-satunya harapan bagi sebagian besar warga Gaza. Tapi dapur-dapur itu pun mulai tumbang satu per satu, kehabisan bahan makanan dan tenaga.

“Kami harus antre 4-5 jam di bawah terik matahari. Pada akhirnya, banyak yang pulang dengan tangan kosong,” kata Riham Sheikh el-Eid, warga Kota Khan Younis, Gaza selatan.

Israel Tolak Laporan IPC, Bantuan Tak Kunjung Lancar

Kementerian Luar Negeri Israel membantah temuan IPC, menyebut bahwa lembaga itu “meremehkan” volume bantuan yang masuk saat gencatan senjata awal tahun ini. Namun di lapangan, kondisi berkata lain. Bantuan tak lagi mengalir, dan warga Gaza terjebak dalam kemiskinan, kelaparan, serta ketidakpastian total.

Baca Juga : Gaza Telah Masuki Fase Kelaparan Total

Jalur Gaza Diambang Famine

Laporan IPC memproyeksikan bahwa pada periode Mei hingga September 2025, seluruh populasi Gaza tetap akan berada dalam Fase 3 atau lebih tinggi. Ini berarti potensi kelaparan massal (famine) tinggal menunggu waktu, kecuali blokade segera dicabut dan bantuan masuk secara besar-besaran.

Lebih dari 52.800 warga Palestina telah tewas sejak agresi militer Israel dimulai Oktober 2023, sebagian besar perempuan dan anak-anak. Kini, Gaza bukan hanya zona perang, tetapi juga zona kelaparan. (Aye/sg)

Tags:

You Might also Like

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *