45% Bansos Nyasar, Digitalisasi Disebut Bisa “Hilangkan” 34 Juta Orang Miskin
Share

SUARAGONG.COM – Kemana lagi bantuan sosial atau bansos ini berlari? Rakyat makin dibuat bingung. Sudah 45 persen bantuan sosial (bansos) salah sasaran. Kini pemerintah meyakinkan publik bahwa dengan digitalisasi, angka kemiskinan bisa berkurang drastis. Menteri Sosial Saifullah Yusuf alias Gus Ipul mengakui, program bansos selama ini memang kerap “nyasar” ke penerima yang tak seharusnya.
Kemensos Catat 45% Bansos Nyasar : “Misstargeted”
“Yang penting ini, bansos tepat sasaran. Sebab selama ini ditengarai, bahkan data lalu menunjukkan, program Kementerian Sosial itu ada 45 persen misstargeted,” kata Gus Ipul usai rapat koordinasi bersama Dewan Ekonomi Nasional (DEN) di Jakarta, Selasa (26/8/2025).
Digitalisasi Bansos Jadi Senjata Baru
Solusi yang ditawarkan pemerintah adalah digitalisasi. Ketua DEN Luhut Binsar Pandjaitan bahkan memproyeksikan digitalisasi bansos mampu mengurangi 34 juta orang miskin.
“Kalau kita lakukan ini semua, kita bisa mengurangi 34 juta (orang). Pengurangan angka kemiskinan yang sangat signifikan bila ini semua berjalan,” ujar Luhut.
Program perdana digitalisasi bansos akan diujicobakan September 2025 di Banyuwangi, Jawa Timur, sebelum diperluas ke seluruh Indonesia. Digitalisasi ini diklaim bisa menurunkan tingkat salah sasaran, memperkuat transparansi, dan memungkinkan penerima melakukan verifikasi identitas digital mandiri lewat aplikasi.
Di sisi backend, sistem ini akan otomatis memverifikasi data lintas lembaga—mulai BPJS Kesehatan, BPJS Ketenagakerjaan, BI-Himbara, ATR/BPN, hingga Samsat. Singkatnya, semua data rakyat akan terkoneksi, demi mencegah bansos bocor lagi ke alamat yang salah.
Baca Juga : 9.660 KPM Bansos Diduga Main Judol, Suli Da’im Desak Evaluasi dan Penindakan Tegas
Janji Besar, Rakyat Masih Menunggu
Kedengarannya memang manis: dari bansos yang “nyasar” hampir separuh, lalu tiba-tiba bisa menghapus 34 juta orang miskin. Namun, publik sudah kenyang dengan janji-janji digitalisasi yang ujungnya justru membuka ladang baru bagi proyek raksasa pemerintah.
Pertanyaan sederhana dari masyarakat: apakah benar teknologi ini akan mengalirkan bansos tepat ke perut yang lapar? Atau justru sekadar menambah catatan “canggih” di laporan kementerian?
Jika 45 persen bansos selama ini saja bisa salah alamat, wajar kalau rakyat agak sulit percaya dengan proyeksi fantastis “34 juta miskin berkurang” hanya lewat aplikasi. Rakyat tentu berharap digitalisasi bukan sekadar jargon, tapi benar-benar sampai ke mereka yang paling membutuhkan. Dan juga gak melulu lewat bansos, beberapa sektor lain juga harus beriringan dalam menuntaskan kemiskinan. Sehingga menjadikan yang makmur! Gak cuman di foto ya! (Aye/sg)