Type to search

Jombang Peristiwa

Aliansi Inklusi Gelar FGD, Jombang Siaga Lindungi Generasi Muda

Share
Aliansi Inklusi Kabupaten Jombang gelar Focus Group Discussion (FGD) “Kebijakan Terpadu: Penguatan Jejaring Perlindungan Perempuan dan Anak”

SUARAGONG.COM – Aliansi Inklusi Kabupaten Jombang menggelar kegiatan Focus Group Discussion (FGD) “Kebijakan Terpadu: Penguatan Jejaring Perlindungan Perempuan dan Anak”. Pada 14 Juli 2025 di Greenred Hotel Syariah Jombang. Acara ini menjadi momen penting untuk memperkuat kolaborasi antarinstansi dalam pencegahan serta penanganan kasus kekerasan perempuan dan anak di Kabupaten Jombang.

Jombang Siaga Lindungi Generasi Muda: Aliansi Inklusi Gelar FGD

Kegiatan ini dihadiri oleh direktur dan pengurus Women’s Crisis Center (WCC) Jombang, perwakilan OPD seperti BAPPEDA, Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, PPA PPKB, Dinas Pendidikan, perwakilan PMI Kabupaten Jombang, serta organisasi seperti PKK Kabupaten Jombang. Turut hadir pula Ibu Yuliati Nugrahani Warsubi (istri Bupati Jombang) dan Ibu Ema Erfina (istri Wakil Bupati Jombang), serta komunitas Kelompok Dukungan Sebaya (KDS) Jombang Care Center (JCC) Plus Jombang.

Baca Juga : Pemkot Malang Gencarkan Sosialisasi Pencegahan Perkawinan Anak

Data Kasus Kekerasan Meningkat Setiap Tahun

Dalam pemaparannya, dr. Pudji Umbaran, M.KP menyampaikan fakta mengejutkan soal peningkatan kasus yang ditangani UPTD Perlindungan Perempuan dan Anak Kabupaten Jombang selama lima tahun terakhir.

“Jumlah kasus yang dilayani UPTD PPA dari tahun 2020 sampai 2024 terus meningkat. Dari 82 kasus di tahun 2020, sekarang tembus 256 kasus di tahun 2024,” ungkapnya.

Ia juga menyoroti bahwa mayoritas korban berada pada rentang usia remaja.
“Kalau kita pilah data berdasarkan usia, korban paling banyak berada di rentang 15–19 tahun. Ini usia anak sekolah, yang seharusnya jadi generasi penerus kita. Miris sekali, justru mereka yang paling rentan jadi korban,” jelasnya.

Pentingnya Sinergi dan Pencegahan Dini

dr. Pudji menekankan bahwa peningkatan angka pelaporan sebenarnya bisa jadi tanda positif.

“Keberanian masyarakat untuk melapor sudah mulai tinggi. Ini yang harus kita optimalkan lewat kolaborasi semua pihak. Karena semakin dini laporan masuk, semakin cepat bisa kita tangani,” ujarnya.

Oleh sebab itu, sinergi antara OPD, PKK, hingga unit terkecil masyarakat seperti Dasa Wisma menjadi sangat penting.

“Kolaborasi dengan PKK dan OPD lain sangat dibutuhkan, karena pencegahan itu lebih penting daripada penanganan. Kalau dari awal keluarga sadar dan paham, maka kekerasan bisa dicegah sebelum terjadi,” tambahnya.

Edukasi Remaja dan Pencegahan Pernikahan Dini

FGD juga membahas pentingnya pendidikan reproduksi bagi remaja sebagai langkah preventif.

“Kita perlu bicara terbuka ke anak-anak soal kesehatan reproduksi. Jangan sampai karena kurang edukasi, mereka masuk ke pergaulan bebas yang berujung pernikahan dini. Padahal angka pernikahan dini di Jombang masih sangat tinggi,” terang dr. Pudji.

Menurutnya, semua pihak harus berperan aktif, termasuk akademisi, aparat hukum, dan pelaku usaha. Penanganan kekerasan perempuan dan anak tidak bisa dikerjakan satu pihak saja.

Sebagai penutup, kegiatan ini kembali menegaskan bahwa kesadaran bersama adalah kunci. Mencegah kekerasan harus dimulai dari lingkungan terdekat yaitu keluarga, tetangga, dan sekolah.

“Intervensi yang kolaboratif itu lebih bagus dan lebih bermakna. Kalau semua pihak bergerak bersama, kita bisa lindungi anak-anak dan perempuan dengan lebih efektif,” tegas dr. Pudji. (rfr/aye)

Tags:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *