Alun-Alun Kota Probolinggo Sepi Usai Ditutup
Share
SUARAGONG.COM – Suasana Alun-Alun Kota Probolinggo kini jauh berbeda. Area yang biasanya ramai pengunjung, kini terlihat lengang setelah resmi ditutup Pemerintah Kota Probolinggo untuk proyek revitalisasi. Penutupan ini merupakan bagian dari program besar yang menghabiskan anggaran lebih dari Rp8 miliar, demi memberi wajah baru pada salah satu ikon kota tersebut.
Alun-Alun Kota Probolinggo Sepi Usai Ditutup, Pedagang Pindah ke Sentra Kuliner Ahmad Yani
Revitalisasi ini bukan sekadar perawatan rutin, tapi langkah strategis untuk meningkatkan kualitas ruang publik. Pemerintah menargetkan alun-alun tampil lebih tertata, nyaman, dan estetis, sehingga bisa menjadi kebanggaan warga sekaligus menarik wisatawan.
Rabu malam (13/8/2025), pemandangan di alun-alun benar-benar berubah. Seluruh area dipagari garis pembatas atau police line, sementara petugas gabungan dari Satpol PP, Kepolisian, dan TNI berjaga di berbagai titik. Tidak ada lagi pedagang kaki lima yang biasanya memenuhi area, membuat suasana semakin sepi.
Langkah ini diperlukan agar pengerjaan konstruksi berjalan lancar tanpa gangguan. Pemerintah pun mengimbau warga untuk bersabar, karena proyek ini diharapkan membawa manfaat jangka panjang bagi seluruh masyarakat Probolinggo.
Baca Juga : Ada Revitalisasi Kawasan, Alun Alun Kota Probolinggo Ditutup
Pedagang Pindah ke SWK Ahmad Yani
Penutupan alun-alun otomatis membuat para pedagang di Pujasera harus angkat kaki. Sebagai gantinya, mereka dipindahkan ke kawasan Gedung Olahraga (GOR) Ahmad Yani, yang kini disulap menjadi Sentra Wisata Kuliner (SWK) Ahmad Yani.
SWK ini bukan sekadar tempat penampungan sementara, melainkan bagian dari program “Probolinggo Bersolek” yang bertujuan menciptakan pusat kuliner modern, tertib, dan higienis. Di sini, 177 tenant UMKM kuliner kini berjualan di lapak-lapak rapi dengan fasilitas lengkap—mulai dari area parkir, pencahayaan memadai, hingga sistem kebersihan yang terkelola baik.
Bagi pedagang, kepindahan ini membawa suasana baru. Lokasi yang lebih tertata membuat mereka optimis bisa menarik lebih banyak pembeli, meski harus beradaptasi dengan situasi baru. Sementara bagi pengunjung, SWK Ahmad Yani jadi destinasi kuliner yang nyaman dan terpusat.
Keseimbangan Antara Pembangunan dan Ekonomi Rakyat
Meski masyarakat untuk sementara kehilangan ruang publik favoritnya, pemerintah memastikan bahwa revitalisasi ini akan menghidupkan kembali alun-alun dengan konsep yang lebih modern dan representatif.
Dengan SWK Ahmad Yani yang kini beroperasi, roda perekonomian UMKM di Probolinggo tetap berputar. Harapannya, ketika alun-alun selesai direvitalisasi, warga akan mendapatkan dua keuntungan:
- Ruang publik yang lebih keren dan;
- Sentra kuliner yang terus berkembang.
Proyek ini menjadi bukti bahwa pembangunan tidak harus mematikan ekonomi rakyat, selama ada solusi alternatif yang memadai. Dan, jika semua berjalan lancar, wajah baru Alun-Alun Kota Probolinggo akan menjadi simbol kebanggaan baru bagi kota ini. (Aye/sg)

