Alun-Alun Kraksaan Berubah Ala Malioboro: Identitas Probolinggo?
Share

SUARAGONG.COM – Beberapa tahun lalu, Kota Probolinggo melakukan perubahan pada tampilan jalan-jalannya dengan meniru gaya Malioboro, Yogyakarta. Tiang penamaan jalan yang khas ala Malioboro mulai dipasang. Begitu pula dengan lampu-lampu trotoar yang menghiasi sepanjang Jalan Ikan Tengiri di Simpang Lima Mayangan. Kini, giliran Kabupaten Probolinggo yang ingin mengubah wajah Alun-Alun Kraksaan dengan konsep yang serupa.
Tapi, kenapa harus Malioboro? Bagaimana dengan ikon Probolinggo sendiri? Mengapa tidak menonjolkan identitas lokal yang lebih khas?
Alun-Alun Kraksaan Siap Berubah Drastis: Nampak Seperti Malioboro?
Pemerintah Kabupaten Probolinggo telah memulai proyek revitalisasi Alun-Alun Kraksaan dengan konsep pedestrian yang nyaman dan modern. Proyek ini menjadi bagian dari program 100 hari kerja Bupati Gus Haris dan Wakil Bupati Ra Fahmi, dimulai dari sisi barat alun-alun. Dengan anggaran sebesar Rp2,1 miliar, proyek ini ditargetkan rampung dalam 120 hari atau sekitar tiga bulan.
Revitalisasi ini bertujuan untuk menciptakan ruang publik yang lebih nyaman dan menarik bagi masyarakat. Jalur pedestrian akan diperlebar, dilengkapi dengan kursi-kursi untuk duduk santai, serta lampu-lampu hias yang menciptakan suasana hangat saat malam tiba.
Dengan konsep baru ini, Alun-Alun Kraksaan diproyeksikan bakal menjadi tempat nongkrong favorit bagi warga, baik di siang maupun malam hari. Artinya, akan ada destinasi baru yang menghadirkan nuansa Kraksaan dengan sentuhan modern.
Mengapa Harus Meniru Malioboro?
Saat berbicara tentang konsep baru ini, Gus Haris menjelaskan bahwa pedestrian ala Malioboro diharapkan bisa membuat masyarakat lebih nyaman saat bersantai di alun-alun. “Akan ada pedestrian di alun-alun ini seperti Malioboro nanti. Jadi taman ini diproyeksikan menjadi destinasi baru untuk warga bisa bersantai bersama keluarga dan teman,” ungkapnya.
Konsep Malioboro sendiri memang terkenal sebagai pusat wisata dan ruang publik yang nyaman. Suasananya memungkinkan pengunjung berjalan santai tanpa terganggu kendaraan, duduk menikmati pemandangan, atau sekadar ngobrol bareng teman dan keluarga. Lampu-lampu yang dipasang juga akan mempercantik alun-alun di malam hari, memberikan kesan modern dan estetik.
Namun, muncul pertanyaan: apakah harus selalu meniru konsep dari daerah lain? Probolinggo sebenarnya memiliki banyak potensi lokal yang bisa ditonjolkan, seperti ikon wisata Bromo, Mangrove BJBR, atau budaya khas suku Tengger. Akan lebih menarik jika revitalisasi ini bisa lebih menonjolkan identitas khas Probolinggo daripada hanya sekadar menjiplak konsep dari daerah lain.
Baca Juga : Gaes !!! Konsep Baru, Alun-Alun Tugu Kota Malang Bisa untuk Swafoto
Revitalisasi Bertahap, Menuju Ruang Publik yang Representatif
Meski ada pro dan kontra terkait konsep ini, revitalisasi tetap berjalan dan akan dilakukan secara bertahap. “Semua akan berproses secara berkala. Memang revitalisasi itu tidak akan selesai begitu saja. Tapi bertahap akan terus disempurnakan hingga menjadi ruang publik yang representatif sesuai keinginan dan kebutuhan masyarakat,” ujar Gus Haris yang juga dikenal hobi bersepeda.
Dengan proyek ini, harapannya adalah Alun-Alun Kraksaan tidak hanya menjadi lebih indah, tetapi juga lebih nyaman dan multifungsi. Tempat ini bisa menjadi ruang publik yang cocok untuk berbagai aktivitas, dari nongkrong santai hingga event komunitas.
Baca Juga : Wali Kota Batu Ingin Tradisi Safari Ramadan 1446 H Dilestarikan
Dampak Ekonomi dan Harapan untuk Masa Depan
Selain memberikan wajah baru bagi alun-alun, proyek ini juga diharapkan membawa dampak positif bagi perekonomian lokal. Dengan meningkatnya daya tarik alun-alun, diharapkan pedagang kaki lima, pelaku usaha kuliner, hingga sektor pariwisata akan ikut berkembang.
“Tujuannya tentu meningkatkan perekonomian daerah dan masyarakat. Dengan perubahan wajah alun-alun ini diharapkan nanti dapat menjadi pemantik para investor dan pihak lain untuk kesejahteraan masyarakat,” jelas Gus Haris.
Dengan proyek ini, Alun-Alun Kraksaan diprediksi akan menjadi salah satu destinasi favorit warga Probolinggo, baik untuk bersantai, berwisata, maupun menikmati suasana kota di malam hari. Namun, harapan lainnya adalah agar ke depannya, identitas asli Probolinggo bisa lebih diangkat, sehingga kota ini tidak hanya menjadi ‘versi lain’ dari Malioboro, tetapi benar-benar punya ciri khasnya sendiri. (Duh/aye)
Baca Juga Artikel Berita Lain dari Suaragong di Google News