SUARAGONG.COM – Kabar mengejutkan datang dari dunia olahraga Kabupaten Malang menjelang perhelatan Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Jawa TimurAtlet Kabupaten ke-IX tahun 2025. Sejumlah atlet binaraga dikabarkan terpaksa mengonsumsi ayam tiren—yakni ayam yang mati sebelum disembelih—karena keterbatasan dana untuk pemenuhan gizi. Kabar ini langsung menjadi perhatian Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malang.
Sejumlah Atlet Kabupaten Malang Terpaksa Makan Ayam Tiren Karena Terbatas Anggaran
Menanggapi isu tersebut, Pemkab Malang bersama sejumlah stakeholder menggelar rapat koordinasi di Ruang Anusapati, Pendopo Kabupaten Malang, Senin siang (5/5/2025). Rapat itu sekaligus membahas kesiapan kontingen Kabupaten Malang dalam menyambut ajang Porprov yang akan digelar 28 Juni hingga 5 Juli mendatang.
Sekretaris Daerah Kabupaten Malang, Nurman Ramdansyah, mengakui kebenaran informasi tersebut. Ia menyebut kondisi itu terjadi karena keterlambatan pencairan anggaran bagi atlet dan pelatih.
“Ada kekecewaan karena anggaran kita sedikit terlambat. Karena mereka harus menjaga performa pemenuhan gizi. Tapi ini sudah kita tuntaskan tadi,” ujarnya.
Baca Juga : Tatap Porprov Jatim IX, KONI Kota Probolinggo Targetkan 40 Medali Emas dari 32 Cabor
Kebutuhan Atlet Akan Segera Dicairkan
Nurman menegaskan bahwa setelah rapat ini, seluruh anggaran untuk kebutuhan atlet akan segera dicairkan hari ini juga. Menurutnya, keterlambatan terjadi karena mekanisme pencairan dana yang memerlukan proses administrasi bertahap.
“Hari ini sudah bisa cair semua,” tegasnya.
Dana Pemkab Hanya 10 Persen, Atlet Andalkan Uang Pribadi. Ketua Persatuan Binaraga dan Fitnes Indonesia (PBFI) Kabupaten Malang, Indra Khusnul, membenarkan bahwa sebagian besar beban biaya pemenuhan gizi atlet masih ditanggung secara pribadi oleh atlet maupun pelatih.
“Dana dari Pemkab Malang hanya backup 10 persen. Sisanya dari uang pribadi,” ungkapnya.
Baca Juga : Prestasi Gemilang 9 Atlet Muda Membawa Harapan Baru Menuju Porprov 2025
Kebutuhan Gizi Atlet Binaragawan
Indra menjelaskan, untuk kategori atlet binaraga dengan berat di bawah 60 kilogram saja, kebutuhan protein harian minimal satu kilogram daging. Itu belum termasuk karbohidrat, sayur, vitamin, dan suplemen. Untuk suplemen saja, biaya per atlet bisa mencapai Rp2–3 juta per bulan.
“Mayoritas atlet kita adalah pelajar dan mahasiswa. Bisa dibayangkan, uang saku mereka berapa?” katanya.
Indra tidak menampik bahwa keputusan mengonsumsi ayam tiren bukanlah langkah ideal, baik dari sisi kesehatan maupun etika. Namun menurutnya, pilihan itu diambil karena tidak ada opsi lain demi menjaga performa atlet yang akan berlaga mewakili Kabupaten Malang.
Ketika ditanya mengapa tidak mengganti dengan ikan atau telur, ia menjelaskan bahwa harga keduanya pun tidak terjangkau dengan anggaran pribadi yang terbatas, apalagi jumlah kandungan protein tidak sebanding dengan kebutuhan binaragawan.
“Masyarakat bisa berpendapat, tapi tidak bisa memberikan solusi,” katanya dengan nada prihatin.
Meski begitu, Indra menyatakan bahwa pihaknya tetap optimistis. Sebanyak 12 atlet binaraga akan dikirim mewakili Kabupaten Malang di Porprov tahun ini, dengan target mempertahankan gelar juara umum seperti tahun-tahun sebelumnya.
“Kami tetap optimis bisa membawa pulang gelar juara umum lagi,” tutupnya. (Aye/sg)
Baca Juga Artikel Berita Lain dari Suaragong di Google News