Gaes !!! Cara Menjalani Fase Life After Breakup

Share

SUARAGONG.COM Menghadapi fase life after breakup itu seperti berjalan di atas jalan yang berliku-liku tanpa tahu kapan akan sampai ke tujuan. Awalnya, semuanya terasa gelap dan sulit. Saya masih ingat jelas betapa kosongnya rasanya bangun di pagi hari tanpa pesan “Selamat pagi” yang dulu selalu ada. Perasaan itu, campuran antara kesedihan dan kebingungan, benar-benar bisa menyedot energi dan membuat hari-hari terasa lebih panjang dari biasanya.

Tetapi, setelah melewati beberapa fase dan banyak momen “Oh, ini ternyata biasa saja,” saya menyadari bahwa fase life after breakup bisa jadi lebih mudah kalau kita tahu cara menanganinya dengan bijak. Berikut ini adalah beberapa hal yang saya pelajari (dan masih saya praktikkan) untuk membantu melewati masa-masa sulit ini.

1. Terima Bahwa Rasa Sedih Itu Wajar

Satu hal yang harus diakui sejak awal adalah bahwa rasa sedih itu tidak bisa dihindari. Saya pernah berpura-pura baik-baik saja setelah putus, mencoba menyibukkan diri dengan berbagai aktivitas, tetapi pada akhirnya rasa sedih itu tetap muncul. Wajar, kok, merasa tidak nyaman setelah kehilangan seseorang yang dulu menjadi bagian penting dari hidup kita. Bahkan, ada kalanya saya menangis tanpa alasan jelas—terutama ketika melihat hal-hal kecil yang mengingatkan saya pada mantan.

Jadi, saran pertama saya: jangan melawan perasaan itu. Biarkan diri Anda merasakan apa yang harus dirasakan. Menangis? Oke. Marah? Juga tidak apa-apa. Ini bagian dari proses penyembuhan. Semakin kita mencoba menyangkal atau menahan perasaan tersebut, semakin lama kita akan terjebak dalam fase ini.

Baca juga : Mewujudkan Keinginan Menjadi Kenyataan dengan Law of Attraction

2. Hindari Media Sosial untuk Sementara

Jujur saja, saya membuat kesalahan besar dengan terus memantau media sosial setelah putus. Melihat postingan mantan atau sekadar mencari tahu apa yang mereka lakukan tidak akan membantu, malah memperparah. Bahkan, pernah sekali saya merasa tergoda untuk memposting hal-hal yang berusaha menunjukkan bahwa saya baik-baik saja—padahal kenyataannya tidak.

Sebaiknya, ambil jeda dari media sosial. Percayalah, dunia maya tidak perlu tahu semua drama hidup Anda, dan memantau kehidupan mantan hanya akan menghambat proses move on. Alihkan fokus ke hal-hal yang positif dan produktif di dunia nyata. Ini juga bisa menjadi kesempatan untuk mengurangi ketergantungan pada teknologi dan kembali ke hal-hal sederhana, seperti membaca buku atau berolahraga.

3. Temukan Kembali Diri Anda

Salah satu hal terbaik yang saya lakukan setelah putus adalah mengeksplorasi kembali apa yang membuat saya bahagia sebagai individu, bukan sebagai bagian dari pasangan. Saya mulai dengan hal-hal kecil seperti kembali ke hobi yang dulu sempat terlupakan. Saya pernah suka melukis, dan entah kenapa selama bertahun-tahun saya tidak pernah menyentuh kuas lagi. Setelah putus, saya mulai melukis lagi, dan rasanya seperti menemukan bagian dari diri saya yang hilang.

Ini adalah saat yang tepat untuk mengingat kembali hal-hal yang membuat Anda bahagia, tanpa campur tangan orang lain. Apa yang Anda suka? Apa yang dulu Anda tinggalkan karena terlalu sibuk dengan hubungan? Fase life after breakup adalah waktu yang sempurna untuk mengejar hal-hal tersebut.

4. Bangun Rutinitas Baru

Setelah putus, rutinitas sehari-hari akan terasa aneh. Aktivitas yang biasa dilakukan bersama mantan sekarang hanya tinggal Anda sendiri. Ini memang bisa membuat beberapa hari pertama terasa sangat berat. Tetapi, apa yang saya lakukan adalah menciptakan rutinitas baru yang sepenuhnya untuk diri saya sendiri. Saya mulai bangun lebih pagi untuk berjalan-jalan atau sekadar menikmati secangkir kopi sambil mendengarkan podcast favorit.

Rutinitas baru ini membantu menciptakan jarak dari kehidupan lama yang melibatkan mantan. Perlahan tapi pasti, rutinitas ini menjadi bagian dari hidup saya, dan setiap harinya saya merasa semakin kuat dan mandiri.

5. Jangan Takut Mencari Dukungan

Jangan merasa Anda harus melewati ini sendirian. Saya beruntung memiliki teman dan keluarga yang sangat mendukung selama masa-masa sulit itu. Ada hari-hari ketika saya hanya ingin duduk dan curhat tanpa merasa dihakimi, dan teman-teman saya ada di sana untuk mendengarkan. Jangan takut untuk mengandalkan orang-orang terdekat Anda—mereka ada di sana karena mereka peduli.

Jika Anda merasa butuh lebih dari sekadar dukungan dari teman, tidak ada salahnya juga mencari bantuan profesional. Kadang, berbicara dengan seorang terapis bisa membantu memberikan perspektif baru yang lebih objektif.

Baca juga : Ciri-Ciri Orang Rasional yang Perlu Kamu Ketahui

6. Ingat Bahwa Waktu Menyembuhkan Segalanya

Mungkin terdengar klise, tapi ini benar adanya. Tidak ada proses yang instan ketika kita berbicara tentang penyembuhan hati. Saya butuh waktu lama untuk benar-benar merasa baik-baik saja lagi, dan bahkan sampai sekarang, masih ada momen-momen di mana perasaan lama datang kembali. Tapi seiring berjalannya waktu, rasa sakit itu semakin berkurang, dan pada akhirnya, saya bisa melihat ke belakang dengan perasaan syukur.

Setiap orang punya timeline mereka sendiri dalam proses penyembuhan, jadi jangan terburu-buru atau merasa tertekan untuk move on. Percayalah, ketika saatnya tiba, Anda akan menemukan kedamaian dan kebahagiaan kembali.

Menjalani fase life after breakup memang tidak mudah, tetapi juga bukan sesuatu yang tidak bisa dihadapi. Yang penting adalah memberikan diri Anda ruang untuk merasakan, berproses, dan tumbuh. Dan pada akhirnya, fase ini bisa menjadi momen untuk menemukan versi diri Anda yang lebih kuat dan lebih bahagia. (acs)