Type to search

Gaya Hidup Hiburan

Animator Pakistan Ancam Tuntut Film Merah Putih: One for All

Share
Film animasi Indonesia Merah Putih: One for All diancam akan dituntut animator Pakistan dalam dugaan penggunaan aset karakter tanpa izin. 

SUARAGONG.COM – Film animasi Indonesia Merah Putih: One for All kembali jadi sorotan publik. Setelah sebelumnya ramai dikritik karena kualitas animasi yang dianggap “setengah matang” meski menelan biaya produksi Rp6,7 miliar, kini muncul tuduhan baru: dugaan penggunaan aset karakter tanpa izin.

Animator Pakistan Ancam Tuntut Film Animasi Indonesia Merah Putih: One for All

Animator 3D asal Pakistan, Junaid Miran, mengaku enam karakternya dipakai dalam film tersebut tanpa sepengetahuan maupun kompensasi. Junaid yang menjual karyanya lewat platform Reallusion menegaskan tak pernah dihubungi oleh pihak rumah produksi, Perfiki Kreasindo.

Lewat video YouTube berjudul “Yes, I’m Suing Them — Need Your Help!” pada 1 September 2025, ia mengumumkan rencana menempuh jalur hukum. Ia juga mengajak publik mendukung perjuangannya dengan membeli karya-karya 3D yang ia turunkan harganya dari US$50 menjadi hanya US$5. Dana itu, kata dia, akan digunakan untuk biaya hukum, administrasi, hingga perjalanan lintas negara.

Baca Juga : Khofifah Serukan Pengibaran Bendera Merah Putih Selama Sebulan

Respons dari Pihak Film

Eksekutif produser sekaligus sutradara Merah Putih: One for All, Endiarto, buka suara. Ia tidak menampik ada kemiripan karakter, namun menilai hal itu lumrah dalam industri animasi. Menurutnya, kemiripan tidak otomatis berarti ada unsur peniruan atau pelanggaran hak cipta.

Meski begitu, tuduhan Junaid Miran semakin menambah daftar kontroversi yang membayangi film ini. Sebelumnya, banyak penonton menilai animasi film garapan Perfiki Kreasindo itu tidak sepadan dengan biaya produksi miliaran rupiah. Kini, isu etika terkait penggunaan karya kreator independen ikut menyeruak.

Baca Juga :Sutradara Film Animasi Merah Putih Bantah Isu Dana Pemerintah

Dampak bagi Industri Animasi Lokal

Kasus ini bisa jadi peringatan keras bagi industri animasi Indonesia. Jika benar ada pelanggaran hak cipta, maka perlu ada perhatian serius terhadap lisensi, hak penggunaan aset, dan penghargaan terhadap karya kreator independen.

Namun, di sisi lain, ada juga yang berpendapat bahwa kemiripan karakter bisa terjadi secara kebetulan mengingat desain 3D di pasaran sering kali memiliki gaya serupa.

Kontroversi Merah Putih: One for All pun kian menarik perhatian, tak hanya di dalam negeri, tetapi juga di kalangan kreator internasional yang menyoroti pentingnya etika dan profesionalisme dalam industri kreatif. (Aye/sg)

Tags:

You Might also Like

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  • sultan69
  • sultan69
  • sultan69
  • sultan69
  • sultan69
  • sultan69