Gaes !!! Apa Benar Membenci Hal Populer itu Keren?
Share

SUARAGONG.COM – Siapa yang nggak pernah melihatnya? Di tengah-tengah grup pertemanan, ada aja satu orang yang bilang, “Ah, aku nggak suka banget sama itu. Terlalu mainstream.” Kalimat ini sering banget muncul, entah itu tentang lagu yang lagi hits, film blockbuster, atau tren fashion terbaru. Dan, anehnya, kita sering melihat mereka yang “anti mainstream” ini sebagai sosok yang keren. Tapi, kenapa sih membenci hal populer dianggap keren?
Aku juga pernah ada di fase itu. Waktu teman-teman lagi sibuk nonton film superhero Marvel yang booming, aku justru memutuskan buat “melawan arus”. Di kepala, aku ngerasa kalau suka sesuatu yang terlalu populer berarti nggak ada bedanya sama orang lain. Kayak, aku ingin dikenal sebagai orang yang punya selera unik. Dan, saat aku bilang kalau aku “nggak suka Marvel”, ternyata reaksi yang muncul adalah, “Wah, keren juga ya, lo beda sendiri.” Rasanya seperti dapat validasi karena punya opini berbeda.
Setelah beberapa waktu, aku mulai sadar bahwa ada fenomena yang namanya anti-pop culture atau dalam beberapa konteks disebut sebagai counter-culture. Intinya, ada keinginan buat berbeda dari kebanyakan orang, dan biasanya, ini memberi kesan kalau kita lebih ‘otentik’. Tapi, seiring berjalannya waktu, aku mulai mikir, apa yang benar-benar aku nggak suka, atau cuma pengen tampil beda aja?
Masalah dengan kebiasaan membenci sesuatu cuma karena populer adalah kita mungkin melewatkan banyak hal bagus. Aku mulai berpikir kembali ketika akhirnya nonton satu film Marvel dan—yah, aku harus mengaku—ternyata seru juga! Jadi, masalahnya bukan pada apakah sesuatu itu populer atau nggak, tapi lebih ke kita ngasih kesempatan buat benar-benar menilai sesuatu dengan terbuka.
Baca juga : Berikut Panduan untuk Menjadi Cowok Idaman
Keren Tidak Harus Melawan Arus Trend
Trik buat ngehindari jebakan ini? Jangan cuma ngikut tren buat jadi bagian dari keramaian, tapi juga jangan langsung menolak sesuatu hanya karena semua orang suka. Menjadi diri sendiri yang otentik nggak selalu berarti harus menolak segala sesuatu yang populer. Justru, kadang-kadang hal yang populer jadi booming karena memang punya kualitas yang bagus. Dan kalau kamu nggak suka sesuatu, pastikan itu karena kamu benar-benar nggak suka, bukan karena pengen jadi “berbeda”.
Aku juga sadar, kadang membenci hal populer bisa jadi salah satu cara kita untuk merasa lebih berkuasa. Ada rasa kepuasan tersendiri ketika kita bilang “nggak suka” dan orang lain terkejut atau menganggap kita ‘berani’. Tapi, apa kamu benar-benar mendapatkan apa yang kamu inginkan dari itu? Atau malah kamu terjebak dalam perasaan harus terus mempertahankan citra ‘beda’?
Baca juga : Kebiasaan Doom Spending Bikin Gen Z Makin Miskin?
Hal ini juga bikin aku belajar kalau punya selera unik itu keren, tapi menghargai sesuatu yang populer juga nggak salah. Misalnya, aku mungkin nggak ngikutin tren TikTok secara aktif, tapi aku bisa menghargai kenapa konten-konten itu bisa populer. Ada kreativitas dan kesenangan di dalamnya yang bisa diapresiasi. Jadi, alih-alih langsung menolak, lebih baik kita jadi orang yang terbuka buat mengeksplorasi semua jenis budaya—baik yang populer maupun yang niche.
Kesimpulannya, membenci hal populer itu emang bisa bikin kita terlihat keren, tapi kalau kita nggak hati-hati, kita malah bisa kehilangan banyak hal menarik. Yang paling penting, tetap otentik dan terbuka pada semua hal, entah itu sesuatu yang disukai oleh banyak orang atau yang cuma disukai segelintir. (acs)