Banyuwangi Sabet Emas dalam Lomba Microdrone Race PORPROV
Share
SUARAGONG.COM – Salah satu cabang olahraga (cabor) yang mencuri perhatian dalam Pekan Olahraga Provinsi (PORPROV) IX Jawa Timur 2025 adalah Microdrone Race. Bertempat di Pusdik Witaraga Pramuka, Kota Malang, lomba ini dilaksanakan pada Sabtu, 5 Juli 2025. Diikuti oleh lima daerah: Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Lamongan, Kota Malang, Kabupaten Pasuruan, dan Kota Surabaya. Dan yang lebih menyorot lagi adalah Prestasi Banyuwangi yang bisa bawa Pulang Emas di Cabor Microdrone Race.
Banyuwangi Sabet Emas dalam Lomba Microdrone Race PORPROV IX Jawa Timur 2025 di Malang
Sebagai olahraga berbasis teknologi yang tergolong baru dalam arena resmi PORPROV, microdrone race menampilkan persaingan sengit antar peserta dalam mengendalikan drone mini di lintasan berteknologi tinggi. Kehadiran cabang ini sekaligus menandai kemajuan dunia olahraga. Di mana kini merambah ke ranah digital dan aeronautika.
Lintasan lomba disusun secara teknis dan menantang, dengan berbagai rintangan seperti lengkungan LED, lorong sempit, tikungan tajam, hingga area percepatan yang membutuhkan ketelitian serta refleks cepat. Para peserta harus menyelesaikan putaran dalam waktu tercepat sambil menghindari kesalahan. Seperti menabrak rintangan atau keluar dari lintasan.
Sejak sesi penyisihan pagi hari, atmosfer kompetisi sudah terasa intens. Para pilot drone menunjukkan keterampilan tinggi, dengan berbagai manuver akurat dan strategi penggunaan kecepatan yang bervariasi di setiap bagian lintasan. Kondisi cuaca yang cerah turut mendukung kelancaran lomba, walau lomba berlangsung di dalam ruangan tertutup untuk menjamin kestabilan sinyal dan keselamatan drone.
Baca Juga : Klasemen Porprov Jatim 2025: Kabupaten Malang Berada di Posisi 4
Hasil Akhir Kompetisi
Setelah babak final yang berlangsung pada sore hari, Kabupaten Banyuwangi keluar sebagai juara pertama. Performa tim ini dianggap paling stabil dan efisien sepanjang perlombaan. Dengan waktu tercepat dan kesalahan minim, Banyuwangi berhasil mengungguli kontingen lainnya dan membawa pulang medali emas.
Kota Surabaya menempati posisi kedua, menunjukkan keunggulan dalam kecepatan. Namun sedikit kehilangan poin akibat manuver yang kurang presisi di beberapa sektor lintasan. Di posisi ketiga, Kabupaten Pasuruan berhasil mengamankan medali perunggu setelah bersaing ketat dengan tim tuan rumah, Kota Malang, yang harus puas di luar podium.
Sementara itu, Kabupaten Lamongan belum berhasil menembus tiga besar, meskipun menunjukkan semangat kompetitif dan perkembangan kemampuan yang menjanjikan.
Daya Tarik dan Potensi Microdrone Race
Sebagai olahraga yang menggabungkan unsur teknologi, kontrol visual, dan ketepatan strategi, microdrone race menjadi daya tarik tersendiri bagi kalangan muda dan pecinta teknologi. Dalam PORPROV IX kali ini, cabang ini tidak hanya menjadi ajang adu keterampilan, tetapi juga wahana edukasi tentang pentingnya penguasaan teknologi modern dalam bidang olahraga.
Peserta yang bertanding umumnya berasal dari kalangan pelajar hingga mahasiswa, yang telah menjalani latihan intensif selama beberapa bulan sebelumnya. Dengan dukungan komunitas drone lokal serta klub-klub aeromodelling, persiapan peserta dari masing-masing daerah menunjukkan hasil positif dalam performa mereka di lapangan.
Selain itu, microdrone race juga menjadi bukti bahwa dunia olahraga kini tak lagi terbatas pada fisik semata, melainkan juga mencakup kecerdasan spasial, pemahaman teknis, dan kecepatan berpikir. Hal ini selaras dengan arah perkembangan olahraga masa depan yang semakin beririsan dengan sains dan teknologi.
Meski tergolong sukses, penyelenggaraan microdrone race dalam PORPROV IX juga menyisakan beberapa evaluasi. Di antaranya adalah kebutuhan akan sistem skor otomatis berbasis sensor dan pelacakan waktu yang lebih presisi. Selain itu, pemetaan standar lintasan yang seragam dan pelatihan wasit yang lebih teknis menjadi masukan penting untuk pelaksanaan event serupa di masa depan.
Dari sisi pembinaan, banyak daerah masih mengalami keterbatasan fasilitas dan akses terhadap pelatihan drone yang terstandarisasi. Hal ini menjadi tantangan bagi pengurus cabang olahraga terkait dan pemerintah daerah untuk menyediakan lebih banyak ruang latihan. Diimbangi juga pelatih bersertifikat, serta pendanaan kompetisi lokal yang berkelanjutan.
Meski demikian, semangat yang ditunjukkan oleh para peserta menandakan bahwa microdrone race memiliki masa depan cerah dalam peta olahraga daerah. Beberapa daerah bahkan berencana membentuk sekolah atau akademi pelatihan drone untuk memperkuat pembibitan atlet sejak usia dini.
Kontribusi Malang Raya sebagai Tuan Rumah
Sebagai tuan rumah, Kota Malang dan kawasan Malang Raya secara umum dinilai berhasil menyediakan fasilitas yang layak. Menyediakan lingkungan kompetitif yang kondusif. Pusdik Witaraga Pramuka dipilih sebagai lokasi perlombaan karena memiliki area indoor yang luas dan bebas gangguan sinyal. Serta mampu menampung ratusan penonton.
Dukungan dari berbagai pihak, mulai dari panitia lokal, relawan, teknisi drone, hingga petugas keamanan, turut memastikan kelancaran acara dari awal hingga akhir. Antusiasme penonton, terutama kalangan pelajar, juga menambah semarak suasana dan menunjukkan minat besar terhadap olahraga berbasis teknologi ini.
Dengan kemenangan Kabupaten Banyuwangi dalam microdrone race PORPROV IX 2025. Sekaligus ditutup pula satu babak penting dalam perjalanan olahraga modern di Jawa Timur. Keberhasilan pelaksanaan lomba ini bukan hanya mengukir prestasi, tapi juga membuka peluang besar bagi pengembangan olahraga berbasis teknologi di masa depan. (Ind/Aye)