Type to search

Pemerintahan Peristiwa

Bukan Gerbong Perokok, Tapi Gerbong Ramah Ibu dan Anak

Share
Nah ini baru yang namanya Prioritas!. Bukan Gerbong asap perokok, Melainkan Gerbong yang ramah anak dan ibu

SUARAGONG.COM – Nah ini baru yang namanya Prioritas!. Bukan Gerbong asap perokok, Melainkan Gerbong ramah anak dan ibu. Wacana penyediaan gerbong khusus perokok di kereta api akhirnya dipatahkan langsung oleh Wakil Presiden RI, Gibran Rakabuming Raka. Bukan tanpa alasan, Gibran menilai usulan itu “kurang sinkron” dengan visi besar Presiden Prabowo yang menempatkan kesehatan masyarakat sebagai prioritas utama.

Wapres Gibran Tegaskan, Gerbong Perokok ‘Kurang Sinkron’ 

Yang menarik, Gibran tak sekadar menolak. Ia justru memberi perspektif berbeda: bagaimana kalau energi untuk memikirkan gerbong rokok itu dialihkan ke fasilitas publik yang benar-benar bermanfaat buat kelompok rentan?

“Lebih baik diprioritaskan untuk ibu hamil, ibu menyusui, balita, lansia, dan kaum difabel. Misalnya, ada ruang laktasi di gerbongnya, atau toilet diperlebar agar ibu bisa mengganti popok bayi dengan lebih nyaman,” ucapnya.

Baca Juga: Walawe! DPR Usul Ada Gerbong Khusus Merokok di KAI

Berpihak Pada yang Paling Membutuhkan

Sentilan ini terasa tepat sasaran. Di tengah ramainya wacana soal hak perokok, Gibran malah mengingatkan publik bahwa transportasi umum sejatinya harus berpihak pada mereka yang paling membutuhkan: anak kecil yang mudah terpapar asap. Ibu yang kesulitan menyusui di ruang sempit, atau lansia yang butuh akses lebih layak.

Apalagi, kata Gibran, arah kebijakan kesehatan pemerintah sudah jelas. Ada program cek kesehatan gratis, kampanye besar pemberantasan stunting, hingga pembatasan iklan rokok di banyak daerah. Kalau sekarang malah bikin ruang merokok di kereta, bukankah itu seperti menginjak rem saat mesin kesehatan lagi dipacu kencang?

“Sudah ada SE, sudah ada undang-undangnya, sudah ada PP-nya yang menyatakan bahwa transportasi umum adalah kawasan bebas rokok,” tegasnya.

Warisan Asap

Dengan sikap ini, Gibran seolah ingin menegaskan: jangan sampai publik dibiarkan menghirup “warisan asap” hanya karena kebijakan tidak punya skala prioritas. Lebih penting memastikan ibu dan anak bisa bepergian dengan nyaman, daripada memberi ruang khusus pada rokok yang jelas-jelas terbukti merugikan kesehatan.

Dan kalau dipikir lagi, ide gerbong merokok itu justru kontraproduktif. Di satu sisi pemerintah gencar menurunkan angka stunting, di sisi lain malah membiarkan anak-anak menghirup asap rokok di transportasi umum? Rasanya kontradiktif, kan?

Dengan begitu, penolakan Gibran bukan sekadar soal teknis gerbong kereta. Ini soal pesan moral: kesehatan masyarakat, terutama ibu dan anak, tidak boleh ditawar. Transportasi umum harusnya jadi ruang hidup sehat bersama, bukan ruang bakar massal. (Aye)

Tags:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  • sultan69
  • sultan69
  • sultan69
  • sultan69
  • sultan69
  • sultan69