Butuh Rp 163 Triliun Untuk Pulihkan Fasilitas Kesehatan Gaza
Share

SUARAGONG.COM – Organisasi Kesehatan Dunia menyebutkan jika pemulihan fasilitas kesehatan dan hal-hal lainnya di Gaza membutuhkan dana yang cukup besar. Dari estimasi perwakilan WHO untuk wilayah Palestina, Rik Peeperkorn sebut memerlukan sekitar USD10 miliar atau bila di rupiahkan bernilai Rp 163 Triliun untuk itu dalam 5 dan 6 tahun kedepan. Di era Konflik (perang Israel vs Hamas) yang tengah dialami, berbagai bangunan, alat medis dan berbagai lainnya hancur secara masif. Sehingga dalam beberapa kasus memakai puing puing hingga bangunan yang masih berbentuk untuk fasilitas kesehatan.
WHO : Rekonstruksi Fasilitas Kesehatan di Gaza Perlukan Rp 163 Triliun
“Di Gaza, kerusakannya begitu masif. Saya belum pernah melihat kehancuran sebesar ini di tempat lain sepanjang hidup saya,” ungkapnya, seperti dikutip dari laman CNA, Sabtu (18/1).
Dalam laporannya, WHO menyebutkan bahwa saat ini kurang dari separuh rumah sakit di Gaza yang berfungsi. Situasi ini memperparah krisis kesehatan yang sudah lama menghantui wilayah tersebut. Kepala WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, menilai pengumuman gencatan senjata antara Israel dan Hamas sebagai kabar yang menggembirakan, meski tetap diselimuti duka bagi para korban.
“Kami menyambut kabar ini dengan lega, tetapi juga dengan kehati-hatian. Kami pernah menghadapi harapan palsu sebelumnya. Jika kedua belah pihak berkomitmen pada gencatan senjata, hal itu harus dimulai segera,” ujar Tedros. Dia menegaskan bahwa perdamaian adalah langkah terbaik untuk memulai penyembuhan, tidak hanya bagi Gaza, tetapi juga untuk Israel.
Baca Juga : UNRWA Siap Tutup Operasi di Gaza dan Tepi Barat Karena Hukum Israel
Obat Terbaik adalah Perdamaian
Tedros melanjutkan, “Obat terbaik adalah perdamaian. Mari kita mulai penyembuhan ini demi kepentingan bersama.”
WHO juga menyatakan kesiapannya untuk memperluas dukungan kemanusiaan di wilayah tersebut. Namun, perwakilan WHO untuk Palestina, Peeperkorn, menyoroti bahwa hambatan keamanan dan politik dalam pengiriman bantuan harus segera diatasi.
“Kami membutuhkan akses cepat, bebas hambatan, dan aman untuk mempercepat aliran bantuan ke seluruh Gaza,” tegasnya.
Gencatan senjata yang diumumkan para mediator memang diharapkan menjadi titik awal bagi rekonstruksi Gaza. Namun, tantangan besar tetap menanti, terutama dalam mengatasi kerusakan infrastruktur dan memenuhi kebutuhan kemanusiaan yang mendesak. Infrastruktur kesehatan, yang menjadi tulang punggung pemulihan masyarakat, kini menjadi prioritas utama untuk diperbaiki.
Gaza telah lama menjadi wilayah yang penuh dengan ketidakpastian. Namun, dengan adanya gencatan senjata ini, ada harapan bahwa upaya rekonstruksi dapat dimulai dengan lebih baik. Seperti yang disampaikan Tedros, perdamaian adalah kunci utama untuk memulai proses penyembuhan bagi semua pihak. (aye)
Baca Artikel Berita Lain dari Suaragong di Google News.