Malang, Suaragong – Permasalahan laten pendidikan masih ditemui di Kota Malang. Sebagai daerah yang dikenal Kota Pendidikan, ternyata angka putus sekolah (APS) di Kota Malang masih tinggi. Hal ini memantik kritik dari DPRD Kota Malang terkait permasalahan pendidikan di Kota Malang.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang, Angka Putus Sekolah (APS) itu dibagi menjadi dua kategori rentang usia. Yakni pada kelompok usia 16-18 tahun pada tahun 2023 meningkat menjadi 19,10 persen dan kategori rentang usia 19-24 tahun pada 2023 meningkat menjadi 46,03 persen.
Amithya Ratnanggani, Ketua Komisi D DPRD Kota Malang, menerangkan bahwa untuk mencermati lebih lanjut terkait dengan peristiwa tersebut perlu adanya pemetaan. Hal itu digunakan untuk mengetahui alasan dari anak yang putus sekolah.
“Dengan melakukan pemetaan kami dapat mengkonsep strategi dan kebijakannya seperti apa. Karena kami tidak dapat menyimpulkan secara langsung. Untuk itu pentingnya beasiswa harus tepat sasaran,”ungkapnya.
Faktor lain dari anak yang putus sekolah disebabkan karena kurang edukasi dari orang tua. Kemudian terdapat juga faktor adalah ekonomi sehingga tidak dapat melanjutkan untuk sekolah. Finansial tidak sesederhana itu yaitu tidak mempunyai uang, akan tetapi prioritas budget itu seperti apa. Karena memang dirasa ada kebutuhan lain yang lebih penting dan dirasa biaya pendidikan cukup mahal. Nah untuk itu kita akan evaluasi kembali beasiswa tepat sasaran.
Lebih lanjut, permasalahan tersebut tidak dapat diampuh oleh dinas pendidikan saja, akan tetapi dari sikologi dari orang tua dan peserta didik yang butuh konsultasi, atau peningkatan kapasitas.
Anak putus sekolah juga dapat disebabkan karena banyak dari peserta pendidik yang menggagap sekolah itu tidak penting.
“Banyak dari peserta pendidik itu sendiri. Mindset itu menganggap sekolah itu tidak penting,” tambahnya. (fat/man)
Comments 1