Type to search

Kesehatan Malang

Dinkes Malang Ingatkan Bahaya TBC, dari Gejala Ringan Sampai Risiko Kematian

Share
Kabupaten Malang ternyata masih jadi salah satu wilayah prioritas untuk penanggulangan tuberkulosis (TBC) di Jawa Timur

SUARAGONG.COM – Kabupaten Malang ternyata masih jadi salah satu wilayah prioritas untuk penanggulangan tuberkulosis (TBC) di Jawa Timur. Data terbaru dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang mencatat, sepanjang Januari hingga Juli 2025, ada 1.698 kasus baru TBC yang ditemukan dan sudah mendapatkan pengobatan.

Dinkes Kabupaten Malang Jelaskan Gejala TBC: Ringan Hingga Berat

Angka ini menunjukkan peningkatan penemuan kasus dibanding tahun-tahun sebelumnya, yang artinya kesadaran masyarakat untuk memeriksakan diri juga makin tinggi.

Tapi yang perlu diwaspadai, TBC ini punya bahaya berlapis—mulai dari gejala ringan yang sering disepelekan, hingga kondisi paling berat yang bisa berujung pada kematian.

Gejala Ringan yang Sering Diremehkan

Di tahap awal, TBC kerap hadir dengan gejala samar-samar. Misalnya batuk lebih dari tiga minggu, demam ringan terutama malam hari, badan lemas, nafsu makan turun, sampai berat badan yang perlahan menyusut. “Gejala ini sering dianggap masuk angin atau flu biasa, padahal bisa jadi tanda TBC,” jelas pihak Dinkes.

Jika segera ditangani, penderita TBC di tahap ini bisa sembuh total tanpa komplikasi. Masalahnya, banyak yang abai sehingga penyakit berkembang lebih jauh.

Bahaya Menengah: Menular ke Orang Lain dan Merusak Organ

Satu orang penderita TBC yang tidak diobati bisa menularkan ke 10 orang lain hanya dalam setahun. Tak heran kalau penyakit ini cepat menyebar. Selain itu, jika dibiarkan, TBC bisa menyebabkan kerusakan permanen pada paru-paru hingga muncul gangguan napas kronis.

Lebih serius lagi, bakteri TBC bisa menyebar ke organ lain seperti kelenjar getah bening, tulang, otak, hingga ginjal. “TBC tulang bisa bikin kelumpuhan, sementara TBC otak bisa mengganggu fungsi saraf,” tegas Dinkes.

Bahaya Paling Berat: Resistensi Obat dan Kematian

Kalau pengobatan tidak dijalankan dengan disiplin, bakteri TBC bisa kebal terhadap obat (dikenal dengan MDR-TB atau XDR-TB). Kondisi ini jauh lebih sulit disembuhkan, butuh biaya lebih besar, serta efek samping obat yang lebih berat. Pada tahap paling parah, TBC bisa berujung pada kematian. WHO bahkan mencatat TBC masih jadi salah satu penyebab kematian infeksi tertinggi di dunia.

Baca Juga : Dinkes Gandeng 27 Kampus Atasi Stunting di Kabupaten Malang

Langkah Penderita Jika Terdiagnosis TBC

Meski terdengar menakutkan, kabar baiknya adalah TBC bisa disembuhkan dengan pengobatan teratur minimal enam bulan. Ada tiga langkah utama yang harus dilakukan penderita:

  1. Segera berobat sesuai anjuran dokter. Jangan pernah putus obat meski gejala sudah membaik.
  2. Jalani pola hidup sehat. Makan bergizi, cukup istirahat, hindari rokok dan alkohol.
  3. Cegah penularan. Gunakan masker, tutup mulut saat batuk/bersin, jangan meludah sembarangan, dan pastikan rumah punya ventilasi yang baik.

Dengan disiplin menjalani pengobatan serta dukungan lingkungan sekitar, TBC bukanlah vonis menakutkan. Justru, semakin cepat diketahui, semakin cepat pula peluang untuk sembuh. (Aye)

Tags:

You Might also Like

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  • sultan69
  • sultan69
  • sultan69
  • sultan69
  • sultan69
  • sultan69