Dinkes Malang Sasar 1000 HPK untuk Cegah Stunting
Share

SUARAGONG.COM – Upaya pencegahan stunting di Kabupaten Malang difokuskan pada pemenuhan nutrisi sejak dalam kandungan hingga anak berusia dua tahun, atau dikenal sebagai 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) Hal ini disampaikan Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Malang, drg. Ivan Drie.
Cegah Stunting, Dinkes Kabupaten Malang Fokuskan Intervensi Sejak 1000 Hari Pertama Kehidupan
“Yang perlu dipahami, upaya supaya tidak terjadi stunting adalah sejak masa 1000 hari kehidupan, mulai dari dalam kandungan hingga usia dua tahun,” ujar Ivan saat ditemui di Kantor Bupati Malang, belum lama ini.
Menurutnya, asupan gizi ibu hamil yang optimal, termasuk makanan pokok, protein hewani, kacang-kacangan, buah, sayur, serta konsumsi tablet tambah darah (TTD), menjadi kunci mencegah lahirnya bayi stunting.
Ivan juga menegaskan bahwa penanganan stunting memerlukan kolaborasi lintas sektor. “Kalau hanya dibebankan pada Dinkes, sementara yang lain tidak memiliki effort yang sama, tentu hasilnya tidak maksimal,” katanya.
Baca Juga : Kasus HIV/AIDS di Kota Malang Meningkat Tajam
Target Bupati Malang
Ia menambahkan bahwa stunting tidak hanya persoalan gizi. Tetapi juga melibatkan faktor sanitasi, air bersih, dan lingkungan sehat.
“Target Bupati Malang adalah nol kasus stunting baru pada 2026. Ini merupakan tantangan besar karena banyak aspek yang harus dibenahi,” lanjutnya.
Berdasarkan hasil bulan timbang Februari 2025, angka stunting di Kabupaten Malang tercatat 6,18 persen. Secara nasional, Jawa Timur menempati posisi kedua terendah angka stunting setelah Bali dari total 38 provinsi di Indonesia.
Meski angka tersebut tergolong rendah, Pemkab Malang tetap berkomitmen untuk terus menekannya. Salah satu upaya yang dilakukan adalah intervensi sejak masa calon pengantin (catin), termasuk pemenuhan gizi sebelum merencanakan kehamilan.
Dinkes Kabupaten Malang juga melaksanakan skrining triple eliminasi bagi ibu hamil, yang bertujuan mendeteksi dini penyakit HIV, Sifilis, dan Hepatitis B agar tidak menular ke anak.
“Jika ditemukan penyakit kronis pada ibu hamil, akan segera ditangani agar tidak berdampak pada bayi dalam kandungan,” jelas Ivan.
Namun, jika setelah upaya pencegahan bayi tetap mengalami stunting, maka penanganan akan difokuskan pada tumbuh kembang dan perkembangan otak anak. “Misalnya dengan formula khusus atau penanganan lain oleh dokter spesialis anak,” ungkapnya.
Ivan juga menekankan pentingnya pemahaman masyarakat mengenai istilah stunting. “Banyak yang keliru, seperti menganggap artis Ucok Baba adalah stunting, padahal dia hanya stunted. Secara kognitif dan komunikatif beliau tidak mengalami gangguan perkembangan,” pungkasnya. (nif/auye)