DP3AK Jawa Timur menggelar Talkshow Khusus Hari Kartini
Share

SUARAGONG.COM – Kepala DP3AK Provinsi Jawa Timur, Tri Wahyuni Liswati, menyampaikan bahwa perempuan memiliki peran sentral sebagai motor penggerak perubahan di masyarakat. Hal itu disampaikannya dalam rangka peringatan Hari Kartini yang berlangsung di Jawa Timur.
Baca Juga: Khofifah Optimis Kompetensi dan Prestasi Siswa Meningkat
Kepala DP3AK Sangat Mengapresiasi Talkshow Khusus Hari Kartini
“Alhamdulillah, ibu-ibu sangat mendukung kebijakan terhadap perempuan dan anak. Kami ingin menghadirkan sosok-sosok inspiratif sebagai panutan Jawa Timur sejati,” ujarnya.
Tri menegaskan bahwa perempuan, dengan sifat lembut dan keanggunannya, juga memiliki kekuatan besar dalam menggerakkan perubahan sosial. Menurutnya, kesetaraan gender di Jawa Timur telah melampaui rata-rata nasional, dan hal itu harus terus dijaga, tidak hanya menjadi catatan di atas kertas.
Salah satu program unggulan yang diinisiasi oleh Gubernur Jawa Timur adalah menjadikan Unit Balai Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (UBTPPA) sebagai pusat pembelajaran perempuan.
Program ini menargetkan kelompok perempuan rentan, termasuk penyintas kekerasan, kepala keluarga perempuan, dan komunitas marginal seperti perempuan ojek pamulan.
“Belajar itu tidak harus di kampus formal, bisa melalui jalur informal dan sumber belajar lain. Kami ingin perempuan Jawa Timur menjadi pembelajar sepanjang hayat,” kata Tri.
Program pemberdayaan tersebut diberikan dalam bentuk kelas pelatihan berkelanjutan sesuai dengan passion masing-masing peserta. Tri menyebutkan bahwa tidak semua pendaftar diterima karena setiap peserta akan melalui tahapan assessment, evaluasi, hingga tindak lanjut.
Salah satu contoh program yang diminati adalah beauty class, yang mengajarkan keterampilan merias diri secara profesional.
Isi Talkshow DP3AK Juga Memaparkan Penurunan Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak di Jawa Timur
Selain program pemberdayaan, Tri juga memaparkan bahwa kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di Jawa Timur menurun signifikan, masing-masing sebesar 36% dan 32%.
Namun, ia menekankan pentingnya kesadaran masyarakat untuk tetap melapor, sebab masih banyak kasus yang belum terungkap.
“Laporan yang meningkat justru menunjukkan kesadaran masyarakat yang mulai berani bicara. Dengan laporan itu, kami bisa melakukan pendampingan, mulai dari assessment, advokasi, hingga pemulihan dan reintegrasi korban,” jelasnya.
Tri juga mengingatkan tentang fenomena baru terkait kasus perempuan sebagai Pekerja Migran Indonesia (PMI) ilegal yang meningkat. Tercatat sekitar 36% kasus kekerasan perempuan tahun ini berasal dari persoalan PMI ilegal.
“Boleh menjadi PMI, asal legal dan dokumennya lengkap. Kami sudah bersinergi dengan Dukcapil dan Imigrasi untuk mencegah penerbitan paspor PMI ilegal,” ujarnya.
Dalam kesempatannya, Tri mengimbau media untuk terus membantu menyebarkan edukasi kepada masyarakat, namun tetap memperhatikan psikologis korban, terutama anak-anak, agar tidak terpapar dampak negatif dari pemberitaan yang terlalu eksplisit. (Wahyu/PGN)
Baca Juga Artikel Berita Lain dari Suaragong di Google News