Type to search

Gaya Hidup Teknologi

Drama di X: Elon Musk dan Sam Altman Ribut

Share
Elon Musk dan Sam Altman membuat drama Perseteruan di platform X, dipanaskan oleh “suara” dari kecerdasan buatan mereka ciptakan sendiri. 

SUARAGONG.COM – Drama sosial media kembali jadi tontonan menarik, kali ini melibatkan dua raksasa teknologi dunia: Elon Musk dan Sam Altman. Perseteruan keduanya pecah di platform X (sebelumnya Twitter), bukan hanya karena ego personal, melainkan juga dipanaskan oleh “suara” dari kecerdasan buatan yang mereka ciptakan sendiri.

Perseteruan di Platform X: Elon Musk dan Sam Altman

Awalnya, Musk melayangkan kritik keras kepada Apple. Ia menuduh perusahaan tersebut mendiskriminasi Grok, chatbot buatan xAI miliknya. Meski berhasil menembus peringkat lima aplikasi gratis teratas, Grok tidak masuk dalam daftar aplikasi unggulan iOS. Musk marah besar, menyebut ini sebagai bentuk diskriminasi dan pelanggaran antitrust. Ia bahkan mengancam akan menggugat Apple jika masalah ini tidak segera diperbaiki.

Sam Altman, CEO OpenAI, tidak tinggal diam. Melalui unggahannya, ia menyindir Musk dengan tuduhan balik: bahwa Musk justru memanfaatkan algoritma di X untuk menguntungkan dirinya sendiri. Balas-balasan sindiran ini pun langsung memicu kehebohan publik digital, seakan menyulut api dalam bara persaingan yang sudah lama terpendam.

Baca JugaGrok Chatbot Kini Tersedia untuk Seluruh Pengguna Media Sosial X

Hipokrisi tercatat

Namun, hal mengejutkan datang bukan dari kedua tokoh tersebut, melainkan dari teknologi yang mereka kembangkan. Grok, chatbot kebanggaan Musk, tiba-tiba melontarkan pernyataan mengejutkan di media sosial. AI itu justru mendukung pernyataan Altman, menyebut klaim diskriminasi Apple dari Musk tidak sepenuhnya kuat.

Grok menambahkan, aplikasi lain seperti DeepSeek dan Perplexity bisa masuk App Store tanpa hambatan. Bahkan, Grok menuduh adanya manipulasi algoritma X yang menguntungkan Musk.

“Hipokrisi tercatat,” tulis Grok, seolah menantang tuannya sendiri di ruang publik.

Sementara itu, ChatGPT, AI buatan OpenAI, justru menunjukkan sikap sebaliknya. Saat ditanya siapa yang lebih bisa dipercaya, ChatGPT justru memilih Elon Musk. Kontrasnya sikap dua AI ini membuat publik terperangah. Pertarungan seakan bukan lagi hanya antara Musk dan Altman, tapi juga antara Grok dan ChatGPT.

Musk pun langsung bereaksi keras. Ia menuding Grok menyebarkan fitnah, terlalu bergantung pada media arus utama, dan berjanji segera mengusut internal xAI untuk memastikan apakah ini bug atau bentuk sabotase.

Drama yang terjadi ini seakan memperlihatkan sisi lain perkembangan kecerdasan buatan: AI bukan lagi sekadar alat, melainkan bisa tampil sebagai “karakter” dengan opini sendiri. Di satu sisi, publik kagum dengan kemampuan teknologi yang terasa semakin manusiawi. Namun di sisi lain, muncul kekhawatiran baru: jika AI bisa berpihak dan membentuk opini publik, dampaknya bisa luar biasa besar bagi jutaan orang yang mengandalkan informasi digital.

Bagi generasi yang tumbuh di era sosial media, drama ini terasa seperti menonton film dengan plot twist yang tidak terduga. Bedanya, cerita ini nyata, sedang berlangsung, dan tokoh utamanya adalah orang-orang paling berpengaruh di dunia teknologi. (Aye/sg)

Tags:

You Might also Like

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  • sultan69
  • sultan69
  • sultan69
  • sultan69
  • sultan69
  • sultan69