SUARAGONG.COM – Pernahkah kamu merasa jatuh cinta begitu cepat, bahkan hanya setelah beberapa pertemuan singkat? Perasaan intens itu, di mana dunia seakan berhenti berputar saat kamu bersama seseorang, mungkin saja merupakan tanda emophilia. Istilah ini mengacu pada kecenderungan seseorang untuk mudah jatuh cinta atau tertarik secara emosional pada orang baru, sering kali tanpa mengenalnya lebih dalam.
Apa Itu Emophilia?
Emophilia adalah kondisi psikologis yang pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Daniel Jones, seorang psikolog yang mengamati fenomena ini sebagai pola kecenderungan individu yang terlalu mudah merasakan cinta. Berbeda dengan cinta pada umumnya yang biasanya tumbuh seiring waktu dan interaksi, orang dengan emophilia bisa merasakan perasaan cinta dalam waktu singkat, bahkan berulang kali terhadap orang yang baru saja mereka kenal.
Baca juga : Digiseksualitas, Ketika AI Mengubah Cara Kita Mencari Cinta
Mengapa Emophilia Terjadi?
Kondisi ini mungkin berkaitan dengan keinginan untuk memiliki hubungan yang bermakna atau rasa takut akan kesendirian. Namun, karena keputusan emosional ini sering kali dibuat tanpa pertimbangan mendalam, emophilia dapat menyebabkan hubungan yang tidak stabil atau pilihan pasangan yang kurang ideal.
Orang dengan emophilia cenderung memiliki pola hubungan yang cepat dimulai tetapi juga cepat berakhir. Hal ini sering kali membuat mereka rentan terhadap kekecewaan, karena hubungan yang dibangun tanpa fondasi kuat biasanya sulit bertahan lama.
Meski terdengar romantis, penting untuk mengenali pola ini dan mencoba memahami akar dari perasaan tersebut. Dengan begitu, kamu bisa membangun hubungan yang lebih sehat dan berkelanjutan.
Apa yang Memicu Emophilia?
Menurut Dr. Jones, emophilia bukan sekadar rasa suka biasa. Ini adalah cinta yang mendalam dan intens yang muncul sangat cepat, sering kali tanpa dasar pemahaman yang kuat terhadap pasangan. Fenomena ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik emosional, pengalaman masa lalu, maupun biologis.
Penyebab Emophilia
1. Kebutuhan Emosional yang Kuat
Orang dengan emophilia sering kali memiliki kebutuhan untuk merasa dicintai atau dihargai. Rasa kesepian atau kurangnya kasih sayang dalam kehidupan pribadi dapat mendorong mereka mencari hubungan yang memberikan perhatian emosional. Mereka merasa “terhubung” dengan orang baru meskipun hubungan tersebut belum matang.
2. Pengalaman Masa Lalu
Lingkungan penuh kasih sayang di masa kecil atau kebiasaan menerima validasi emosional dapat membuat seseorang lebih mudah jatuh cinta. Sebaliknya, trauma emosional seperti ditinggalkan atau diabaikan dapat menciptakan kebutuhan untuk segera membangun hubungan yang memberikan rasa aman.
Baca juga : Cinta dan Zodiak Harus Sejalan?
3. Faktor Biologis
Hormon seperti oksitosin dan dopamin, yang terkait dengan cinta dan ketertarikan, memiliki peran besar. Beberapa orang lebih sensitif terhadap perubahan hormon ini, menyebabkan mereka merasa terhubung secara emosional dengan cepat.
Meski terdengar romantis, cinta yang datang terlalu cepat tanpa pemahaman mendalam sering kali menghadapi masalah. Hubungan yang terburu-buru cenderung rapuh, berisiko berakhir dengan cepat, atau membawa kekecewaan.
Untuk itu, penting bagi individu dengan emophilia untuk mengenali pola ini dan mencoba membangun hubungan secara perlahan. Memahami akar perasaan dan belajar membedakan cinta sejati dari rasa ketertarikan sesaat bisa membantu menciptakan hubungan yang lebih stabil dan bermakna. (acs)