Festival Sandjiwa Wadah Pelestarian Permainan Tradisional di Malang
Share

SUARAGONG.COM – Budaya unik dengan pelestarian permainan tradisional kembali hidup dalam festival bertema Sandjiwa (Sayembara Pandji, Jiwa Warisan Nusantara) yang digelar meriah di Museum Panji, Tumpang, Kabupaten Malang, pada Minggu (27/07).
Acara ini berhasil mencuri perhatian publik karena mengangkat kembali pelestarian permainan tradisional yang kini semakin jarang dimainkan oleh generasi muda. Ratusan siswa dari 12 SD/MI se-Kabupaten Malang antusias bersaing dalam delapan cabang permainan lawas seperti:
- Egrang
- Congklak
- Nakiak
- Lompat tinggi
- Bentengan
- Bekel
- Tarik tambang
- Engklek
Sorak sorai dan canda tawa anak-anak yang ikut serta mewarnai suasana kompetisi. Momen ini menjadi pengingat betapa kayanya budaya permainan tradisional di Indonesia, yang tak hanya menghibur, tapi juga sarat akan nilai kebersamaan dan kreativitas.
Edukasi Anak Lewat Budaya Solusi Lawan Kecanduan Gadget
Festival Sandjiwa dibuka langsung oleh Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Malang, Purwoto, yang hadir mewakili Bupati. Dalam sambutannya, ia menekankan pentingnya upaya pelestarian budaya, khususnya permainan tradisional, di tengah maraknya penggunaan gadget oleh anak-anak.
“Anak-anak kita sekarang terlalu akrab dengan gadget. Padahal, permainan tradisional menyimpan nilai luhur dan filosofi kehidupan,” ungkap Purwoto.
Sebagai bentuk apresiasi, piala kehormatan diserahkan kepada para pemenang lomba. Ini menjadi simbol dukungan pemerintah terhadap gerakan pelestarian budaya lokal yang makin dibutuhkan di era digital ini.
Baca juga: TP PKK Lumajang Apresiasi Inovasi Posyandu Lansia dengan Permainan Tradisional
Museum Panji Jadi Pusat Hidupnya Kembali Budaya Lokal
Dwi Cahyono, pemilik Museum Panji sekaligus inisiator acara, menegaskan bahwa kegiatan ini adalah bagian dari visinya untuk menghidupkan kembali semangat budaya di tengah masyarakat modern.
“Anak-anak sekarang lebih mengenal layar daripada lompat engklek. Padahal, permainan tradisional itu sarat makna dan mengajarkan interaksi sosial,” ujarnya.
Ia menambahkan, semangat anak-anak yang begitu antusias mengikuti lomba membuktikan bahwa budaya lokal masih punya tempat di hati generasi muda. Harapannya, festival seperti Sandjiwa bisa jadi program rutin tingkat daerah, agar semakin banyak anak yang mengenal dan mencintai budayanya sendiri.
Baca juga: 500 Pelajar Ambil Bagian dalam Lomba Olahraga Tradisional di Jombang
Lewat festival Sandjiwa ini, pelestarian permainan tradisional tidak hanya menjadi slogan kosong, tapi benar-benar terasa manfaatnya bagi anak-anak dan masyarakat. Acara ini bukan hanya tentang nostalgia, tapi tentang membangun kembali jembatan budaya antara masa lalu dan masa depan. (pkl/dny)