Film Karate Kid: Legends, Kembalikan Nostalgia Laga 40 Tahun
Share

SUARAGONG.COM – Film Karate Kid: Legends menjadi babak baru dari waralaba legendaris yang telah berusia lebih dari 40 tahun. Meski banyak yang menduga film keenam ini akan dibumbui aksi berlebihan khas film laga modern, Karate Kid: Legends justru menawarkan pendekatan yang sederhana, jujur, dan penuh nostalgia. Menyatu dengan ala-ala era 1980-an — dan itu menjadi kekuatan utamanya.
Karate Kid: Legends : Pendekatan Nostalgia Laga yang Bikin Kita Dulu Berdebar
Dibintangi Ben Wang sebagai Li Fong, film ini menjadi yang pertama dalam seri Karate Kid yang menempatkan karakter utama remaja berdarah Asia di pusat cerita. Li adalah seorang remaja yang terlatih di dojo kungfu milik shifu Han (diperankan Jackie Chan) di Beijing, sebelum pindah ke New York bersama ibunya (Ming-Na Wen) setelah kematian tragis kakaknya. Di kota baru, Li harus menghadapi tantangan batin dan sosial, termasuk persaingan dengan Conor (Aramis Knight), si pembully dengan gaya rambut slick-back seperti antagonis film John Hughes.
Uniknya, film ini memadukan dua tradisi bela diri — kungfu dari Chan dan karate dari Daniel LaRusso (kembali diperankan Ralph Macchio) — menjadi satu filosofi: dua cabang, satu pohon. Sebuah penghormatan terhadap warisan Mr. Miyagi sekaligus evolusi waralaba yang terinspirasi dari kesuksesan serial Cobra Kai.
Baca Juga : Avengers! Marvel Geser Jadwal Film “Doomsday” dan “Secret Wars”
Film Hanya 94 Menit: Ringkas Tanpa Bertele-Tele?
Dengan durasi yang ringkas, hanya 94 menit, film ini terasa padat tanpa bertele-tele. Sutradara Jonathan Entwistle menampilkan momen aksi secara efisien, termasuk teknik “dragon kick” khas Li yang dikemas dengan efek sinematik modern. Seperti dibumbui ala slow-motion dan potongan cepat. Meski demikian, jantung dari film ini tetaplah pada nilai-nilai lama: latihan, kedisiplinan, dan persahabatan.
Hubungan Li dengan Mia (Sadie Stanley), gadis polos yang bekerja di toko pizza milik ayahnya, menambah sentuhan manis dalam cerita. Begitu juga dengan dinamika pelatihan antara Li, Daniel, dan Han, yang menghadirkan nuansa mentor-murid klasik namun penuh humor dan kehangatan.
Puncak film ini adalah turnamen bela diri “5 Boroughs” di jalanan New York, dengan laga klimaks di atas atap Manhattan saat senja. Setting tersebut bukan hanya dramatis secara visual, tapi juga memberi ruang bagi emosi dan perjuangan pribadi Li untuk dituntaskan.
Baca Juga Jake Schreier Bakal Sutradarai Film X-Men Versi MCU
Film Ringan dan Menghibur
Secara keseluruhan, Karate Kid: Legends adalah film yang ringan, menghibur, dan penuh semangat positif. Tidak berusaha menjadi spektakuler, tetapi justru tampil memikat karena kesederhanaannya. Film ini adalah penghormatan yang layak bagi warisan Karate Kid, sambil tetap menyisipkan elemen baru yang menyegarkan. Film ini adalah sajian retro yang manis dan memuaskan — seperti tendangan di kepala yang membangkitkan kenangan indah masa lalu. (Aye)